Rabu, 25 September 2013

AFIKSASI PEMBENTUKAN VERBA


AFIKSASI PEMBENTUKAN VERBA
Afiksasi adalah salah satu proses dalam pembentukan kata turunan baik berkategori verba, berkategori nomina maupun yang berkategori ajektiva.
Afiks-afiks pembentukan verba adalah:
1)      prefiks ber-
2)      konfiks dan klofiks ber-an
3)      klofiks ber-kan
4)      sufiks –kan
5)      sufiks –i
6)      prefiks per-
7)      konfiks per-kan
8)      konfiks per-i
9)      prefiks me-
10)  prefiks di-
11)  prefiks ter-
12)  prefiks ke-
13)  konfiks ke-an

1.      Verba Berprefiks ber-
Bentuk dasar dalam pembentukan verba dengan prefiks ber- dapat berupa:
(1)   Morfem dasar terikat, seperti terdapat pada kata bertempur, berkelahi, berjuang, bertikai dan berhenti. Bentuk dasarnya yang berupa morfem dasar terikat: tempur, kelahi, juang, tikai, dan henti.
(2)   Morfem dasar bebas, seperti terdapat pada kata berladang, beternak, bekerja, bernyanyi, dan bergaya. Bentuk dasarnya yang berupa morfem dasar bebas: ladang, ternak, kerja, nyanyi, dan gaya.
(3)   Bentuk turunan berafiks, seperti terdapat pada kata berpakaian (bentuk dasarnya pakaian), beraturan (bentuk dasarnya aturan), berkekuatan (bentuk dasarnya kekuatan), berkebangsaan (bentuk dasarnya kebangsaan), berpenghasilan (bentuk dasarnya penghasilan) dan berpendapatan (bentuk dasarnya pendapatan). Jadi, di sini prefiks ber- diimbuhkan pada dasar yang terlebih dahulu sudah diberi afiks lain. Simak bagan proses pembentukan kata berpakaian berikut:




   Ber     pakai              an

 





(4)   Bentuk turunan reduplikasi, seperti terdapat pada kata berlari (bentuk dasar lari-lari), berkeluh-kesah (bentuk dasar keluh-kesah) dan berilmu-pengetahuan (bentuk dasar ilmu-pengetahuan).
(5)   Bentuk turunan hasil komposisi, seperti terdapat pada kata berjual beli (bentuk dasar jual beli), bertemu muka (bentuk dasar temu muka), dan bergunung api (bentuk dasar gunung api).

Makna gramatikal verba berprefiks ber- yang dapat dicatat, antara lain yang menyatakan:
(1)         mempunyai (dasar) atau ada (dasar)nya.
(2)         memakai atau menggunakan (dasar).
(3)         mengendarai atau menumpang/naik (dasar).
(4)         berisi atau mengandung (dasar).
(5)         mengeluarkan atau menghasilkan (dasar).
(6)         mengusahakan atau mengerjakan (dasar).
(7)         melakukan (dasar).
(8)         mengalami atau berada dalam keadaan (dasar).
(9)         menyebut atau menyapa (dasar).
(10)           kumpulan atau kelompok (dasar).
(11)           memberi.

1.1              Verba berprefiks ber- memiliki makna gramatikal ′mempunyai (dasar) ′ atau ′ada (dasar)nya′
Apabila bentuk dasarnya mempunyai komponen makna (+ benda), (+ umum), (+milik) dan atau (+ bagian). Perhatikan contoh:
-          berayah ′mempunyai ayah′.
-          bermesin ′ada mesinnya′.
-          berjendela ′ada jendelanya′.
-          berkewajiban ′mempunyai kewajiban′.
-          bertanggung jawab ′mempunyai tanggung jawab′.

Contoh lain:
-          beristri.
-          bersaudara.
-          berkamar.
-          berasas.
-          berbagasi.
1.2              Verba berprefiks ber- memiliki makna gramatikal ′memakai′ atau ′mengenakan′
Apabila bentuk dasarnya mempunyai komponen makna (+ pakaian) atau (+ perhiasan). Simak contoh berikut:
-          berkebaya ′memakai kebaya′.
-          berjilbab ′memakai jilbab′.
-          berpita ′memakai pita′.
-          berjaket kulit ′memakai jaket kulit′.
-          berkalung ′memakai kalung′.

Contoh lain:
-          berbedak.
-          bersepatu karet.
-          bersendal jepit.
-          berbulu mata palsu.
-          bertopeng.
1.3              Verba berprefiks ber- memiliki makna gramatikal ′mengendarai′, ′menumpang′, atau ′naik′
Apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ kendaraan). Simak cntoh berikut:
-          bersepeda ′mengendarai sepeda′.
-          berkuda ′naik kuda′.
-          berkereta ′menumpang kereta′.
-          berbendi ′naik bendi′.
-          berbemo ′naik bemo′.

Catatan :
Bentuk seperti berbemo, berbus, berangkot, bertaksi dan berpesawat secara aktual memang “belum lazim” digunakan orang. Tetapi secara gramatikal bentuk-bentuk tersebut dapat diterima. Secara aktual belum ada, tetapi secara potensial bisa digunakan. Alih-alih menggunakan bentuk berbemo, orang menggunakan bentuk naik bemo. Begitu juga dengan naik bus untuk berbus, naik perahu untuk berperahu dan naik pesawat untuk berpesawat.

1.4              Verba berprefiks ber- memiliki makna gramatikal ′berisi′ atau ′mengandung′
Apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ benda), (+dalaman), (+ kandungan). Simak contoh berikut:
-          beracun ′mengandung racun′.
-          berkuman ′mengandung kuman′
-          berair ′berisi air′.
-          berpenyakit ′mengandung penyakit′
-          berdarah ′mengandung darah′

Catatan:
Makna ′mengandung′ atau ′berisi′, bisa juga bermakna  ′mempunyai ′ atau  ′ada (dasar)nya ′. Jadi   ′berair′ bisa bermakna gramatikal  ′berisi air′, bisa juga ′ada airny′a. Malah bisa bermakna ′mengeluarkan′.
1.5              Verba berprefiks ber- memiliki makna gramatikal ′mengeluarkan atau menghasilkan
Apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ benda), (+ hasil), atau (+ keluar). Perhatikan contoh:
-          berproduksi ′menghasilkan produksi′.
-          bertelur ′mengeluarkan telur′.
-          berdarah ′mengeluarkan darah′.
-          berair mata ′mengeluarkan air mata′.
-          bernanah ′mengeluarkan nanah′.
1.6              Verba berprefiks ber- memiliki makna gramatikal ′mengusahakan′ atau ′mengupayakan′
Apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ bidang usaha). Perhatikan contoh:
-          berladang ′mengusahan ladang′.
-          beternak ′mengusahakan ternak′.
-          bersawah′ mengerjakan sawah′.
-          berhuma ′mengerjakan huma′.
-          bercocok tanam ′mengusahakan cocok tanam′.
1.7              Verba berprefiks ber- memiliki makna gramatikal ′melakukan kegiatan′
Apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ benda) dan (+ kegiatan). Simak contoh berikut:
-          berdebat ′melakukan debat′.
-          bersenam ′melakukan senam′.
-          berekreasi ′melakukan rekreas′.
-          berdiskusi ′melakukan diskusi′.
-          berolahraga ′melakukan olahraga′.
1.8              Verba berprefiks ber- memiliki makna gramatikal ′mengalami′ atau ′berada dalam keadaan′
Apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ perasaan batin). Simak contoh berikut:
-          bergembira ′dalam keadaan gembira′.
-          berduka cita ′dalam keadaan duka cita′.
-          bersedih ′dalam keadaan sedih′.
-          bersenang-senang ′dalam keadaan senang-senang′.
-          bermuram durja ′dalam keadaan muram durja′.
1.9              Verba berprefiks ber- memiliki makna gramatikal ′menyebut′ atau ′menyapa′
Apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ kerabat) dan (+ sapaan). Simak contoh berikut:
-          berabang ′memanggil abang′.
-          berkakak ′menyebut kakak′.
-          bertuan ′memanggil tuan′.
-          beradik ′memanggil adik′.
-          berencik ′menyebut encik′.
1.10          Verba berprefiks ber- memiliki makna gramatikal ′kumpulan′ atau ′kelompok′
Apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ jumlah) atau (+ hitungan). Simak contoh berikut:
-          berdua ′kumpulan dari dua (orang)′.
-          berlima ′kumpulan dari lima (orang)′.
-          bertiga ′kumpulan dari tiga (orang)′.
-          bertujuh ′kumpulan dari tujuh (orang)′.
-          berempat ′kumpulan dari empat (orang)′.
1.11          Verba berprefiks ber- memiliki makna gramatikal ′memberi′
Apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ benda) dan (+ berian). Simak contoh berikut:
-          bersedekah ′memberi sedekah′.
-          berderma ′memberi derma′.
-          berkhotbah ′memberi khotbah′.
-          berceramah ′memberi ceramah′.
-          berpetuah ′memberi petuah′.



Catatan:
Ada sejumlah kata berprefiks ber- yang tidak bermakna gramatikal, melainkan bermakna idiomatikal. Misalnya:
-          berpulang dengan makna ′meninggal′.
-          bersalin dengan makna ′melahirkan′.
-          bertekuk lutut dengan makna ′menyerah′.
-          bertolak dengan makna ′melakukan perjalanan′.

2.      Verba Berkonfiks dan Berklofiks Ber-an
verba berbentuk ber-an seperti pada kata bermunculan dan berpakaian memiliki dua macam proses pembentukan. Pertama, yang berupa konfiks, artinya prefiks ber- dan sufiks –an itu diimbuhkan secara bersamaan sekaligus pada sebuah bentuk dasar. Kedua, yang berupa klofiks artinya prefiks ber- dan sufiks –an itu tidak diimbuhkan secara bersamaan pada sebuah dasar. Dalam hal ini pada bentuk dasar, mula-mula diimbuhkan sufiks –an baru kemudian diimbuhkan lagi prefiks ber-. Kalau bentuk bermunculan di atas kita ambil sebagai contoh verba berkonfiks dan bentuk berpakaian sebagai contoh verba berklofiks, maka bagan proses pembentukannya adalah sebagai berikut:

muncul     -          ber   -   an                    ber       pakai   an


                                                                                                                                                       
Ber-an sebagai konfiks memiliki satu makna, sedangkan ber-an sebagai klofiks memiliki makna sendiri-sendiri. Jadi, prefiks ber- memiliki makna sendiri. Verba bermunculan pada contoh di atas memiliki makna ′banyak yang muncul dengan tidak teratur′ dan makan gramatikal kata berpakaian adalah ′memakai pakaian′.
Makna gramatikal verba berkonfiks ber-an adalah:
(1)   banyak serta tidak teratur.
(2)   saling atau berbalasan.
(3)   saling berada di.

2.1    Verba berkonfiks ber-an yang memiliki makna gramatikal ′banyak serta tidak teratur′
Apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ tindakan), (+ sasaran), dan (+ gerak). Misalnya:
-          berlarian ′banyak yang berlari dan tidak teratur′.
-          bermunculan ′banyak yang muncul dan tidak teratur′.
-          berlompatan ′banyak yang lompat dan tidak teratur′.
2.2    Verba berkonfiks ber-an yang memiliki makna gramatikal ′saling′ atau ′berbalasan′
Apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ tindakan), (+ sasaran), dan (+ gerak). Misalnya:
-          bermusuhan ′saling memusuhi′.
-          bertangisan ′saling menangis′.
-          bersentuhan ′saling bersentuhan′.
2.3    Verba berkonfiks ber-an yang memiliki makna gramatikal ′saling berada di′
Apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ benda), (+ letak), (+ tempat). Misalnya:
-          bersebelahan ′saling berada di sebelah′.
-          berseberangan ′saling berada di seberang′.
-          berhadapan ′saling berada di hadapan′.

Catatan:
(1)   bentuk ber-an pada sebuah verba mungkin bisa berupa konfiks mungkin juga berupa klofiks, tergantung pada konteks kalimatnya. Misalnya verba berpotongan dan berpandangan pada kalimat (a) dan (b) adalah konfiks sedangkan pada kalimat (c) dan (d) adalah klofiks.
(a)    Garis a dan garis b berpotongan pada titik c.
(b)   Kami hanya dapat berpandangan dari jauh.
(c)    Gadis yang berpotongan seperti gajah bengkak itu tak mungkin diterima jadi peragawati.
(d)   Orang yang berpandangan luas tentu tidak akan mengkritik sembarangan.
(2)   Hingga saat ini verba berkonfiks atau berklofiks ber-an jumlahnya tidak banyak. Di antara yang tidak banyak itu terdapat pada verba-verba:
Berpengangan
Bersandaran
Berkenaan
Bermesraan
Berdekatan
Berhadapan
Bersangkutan
Berdampingan
Berlompatan
Bersaingan
Berlumuran
Bermusuhan
Bersentuhan
Berpasangan
Berhampiran
Berkasihan
Berjauhan
Berdatangan
Bertentangan
Bersimpangan
Berseliweran
Berlarian
Berloncatan
Berkedudukan
Berkejaran
Berketentuan
Berkeberatan


(3)   Ada sejumlah verba ber-an yang di dalam pertuturan (terutama dalam ragam non baku) ditanggalkan prefiks ber-nya antara lain (ber) ciuman, (ber) pelukan, (ber) tabrakan, (ber) gelimpangan, (ber) senggolan, (ber) pacaran, (ber) sedekahan, (ber) lebaran, dan (ber) syukuran.

3.      Verba Berklofiks Ber-kan
Verba berklofiks ber-kan dibentuk dengan proses, mula-mula pada bentuk dasar diimbuhkan prefiks ber-, lalu diimbuhkan pula sufiks –kan. Misalnya mula-mula pada kata dasar senjata diimbuhkan prefiks ber- menjadi bersenjata, lalu pada kata bersenjata diimbuhkan pula sufiks –kan sehingga menjadi bersenjatakan.
Simak bagan berikut:


Ber     senjata     kan

 



Prefiks ber- dan sufiks –kan pada verba ber-kan memiliki maknanya masing-masing, di mana prefiks ber- memiliki makna gramatikal seperti pada subbab 1, ssedangkan sufiks –kan memiliki makna gramatikal ′akan′. Perhatikan beberapa contoh berikut:
-          bersenjatakan ′menggunakan senjata akan (clurit) ′.
-          berisikan ′mempunyai isi akan (air) ′.
-          berdasarkan ′menggunakan dasar akan (pancasila) ′.

Verba berklofiks ber-kan juga tidak banyak. Di antara yang tidak banyak itu adalah verba:
Bermodalkan
Beristrikan
Bersuamikan
Bertatahkan
Berkalungkan
Bermenantukan
Berdalilkan
Beralaskan
Berasaskan
Berdasarkan
Bercorakkan
Bermodalkan
Berlandaskan
Bertuhankan
Berselimutkan
Bertaburkan
Berbantalan
Beratapkan
Berdindingkan
Berlantaikan
Berlaukkan
Bermotifkan

Perlu dicatat verba bermandikan tampaknya agak berbeda, sebab verba bermandi tidak ada. Verba ini muncul dalam konstruksi bermandi cahaya yang prosesnya adalah prefiks ber- diimbuhkan pada frase mandi cahaya atau ber + mandi cahaya.
4.      Verba Bersufiks –kan
Dalam prosesnya, sufiks –kan, bila diimbuhkan pada dasar yang memiliki komponen makna (+ tindakan) dan (+ sasaran) akan membentuk verba bitransitif, yaitu verba yang berobjek dua. Bila diimbuhkan pada dasar yang lain, sufiks –kan akan membentuk pangkal (stem) yang menjadi dasar dalam pembentukan verba inflektif.

Verba bersufiks –kan digunakan dalam
(1)   kalimat imperatif. Contoh:
-          lemparkan bola itu ke sini!
-          tuliskan namamu di sini!
-          gunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar!
(2)   kalimat pasif yang predikatnya berpola: (aspek) + pelaku + verba, dan subjeknya menjadi sasaran tindakan. Contoh:
-          rumah itu baru kami dirikan.
-          jembatan itu akan mereka robohkan.
-          tugas itu belum saya laksanakan.
(3)   keterangan tambahan pada subjek atau objek yang berpola: yang + (aspek) + pelaku + verba. Contoh:
-          uang yang baru kami terima sudah habis lagi.
-          kami melewati daerah yang sudah mereka amankan.
Verba bersufiks –kan memiliki makna gramatikal:
(1)   jadikan.
(2)   jadikan berada di.
(3)   lakukan untuk orang lain.
(4)   lakukan akan.
(5)   bawa masuk ke.
4.1    Verba Bersufiks –kan memiliki makna gramatikal ′menjadi′
Apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ keadaan) atau (+ sifat khas). Contoh:
-          tenangkan, artinya ′jadikan tenang′.
-          putuskan, artinya ′jadikan putus′.
-          hutankan, artinya ′jadikan hutan′.
-          damaikan, artinya ′jadikan damai′.
-          satukan, artinya ′jadikan satu′.
4.2    Verba Bersufiks –kan memiliki makna gramatikal ′jadikan berada di′
Apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ tempat) atau (+ arah). Contoh:
-          pinggirkan, artinya ′jadikan berada di pinggir′.
-          daratkan, artinya ′jadikan berada di darat′.
-          ketengahkan, artinya ′jadikan berada di tengah′.
-          tempatkan, artinya ′jadikan berada di tempat′.
-          gudangkan, artinya ′jadikan berada di gudang′.
4.3    Verba Bersufiks –kan memiliki makna gramatikal ′lakukan untuk orang lain′
Apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ tindakan) dan (+ sasaran). Contoh:
-          bukakan, artinya ′lakukan buka untuk (orang lain) ′.
-          ambilkan, artinya ′lakukan ambil untuk (orang lain) ′.
-          bacakan, artinya ′lakukan baca untuk (orang lain) ′.
-          belikan, artinya ′lakukan beli untuk (orang lain) ′.
-          bawakan, artinya ′lakukan bawa untuk (orang lain) ′.
4.4    Verba Bersufiks –kan memiliki makna gramatikal ′lakukan akan′
Apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ tindakan) dan (+ sasaran). Contoh:
-          lemparkan, artinya ′lakukan lempar akan′.
-          hindarkan, artinya ′lakukan hindar akan′.
-          hapuskan, artinya ′lakukan hapus akan′.
-          kabulkan, artinya ′lakukan kabul akan′.
-          lompatkan, artinya ′lakukan lompat akan′.
4.5    Verba Bersufiks –kan memiliki makna gramatikal ′bawa masuk ke′
Apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ ruang). Contoh:
-          asramakan, artinya ′bawa masuk ke asrama′.
-          gudangkan, artinya ′bawa masuk ke gudang′.
-          rumahkan, artinya ′bawa masuk ke rumah′.
-          petikan, artinya ′bawa masuk ke peti′.

Catatan:
Verba bersufiks –kan lazim menjadi dasar dalam pembentukan verba berprefiks me- inflektif, di- inflektif dan ter- inflektif, seperti terdapat pada kata melompatkan, dilompatkan dan terlompatkan. Jadi, dalam bentuk verba berklofiks me-kan, di-kan dan ter-kan, dimana verba me-kan digunakan dalam kalimat akif transitif, verba di-kan digunakan dalam kalimat pasif tindakan dan verba ter-kan dalam kalimat pasif keadaan.
5.      Verba Bersufiks –i
Verba bersufiks –i adalah verba transitif, yang berlaku juga sebagai pangkal (stem) dalam pembentukan verba inflektif. Verba bersufiks –i digunakan dalam:
(1)   kalimat imperatif. Contoh:
-          tolong gulai teh ini!
-          mari kita hampiri anak itu!
-          lompati saja pagar itu!
(2)   kalimat pasif yang predikatnya berpola: (aspek) + pelaku + verba, dan subjeknya menjadi sasaran perbuatan. Contoh:
-          kemarin beliau sudah kami hubungi.
-          anak-anak yatim itu harus kita santuni.
-          gurumu itu mesti kamu hormati dengan baik.
(3)   keterangan tambahan pada subjek atau objek yang berpola: yang + (aspek) + pelaku + verba. Contoh:
-          desa yang akan kita kunjungi berada di balik bukit itu.
-          orang yang harus kamu surati sudah ada di sini.
-          banjir melanda wilayah yang akan kita datangi.

Verba bersufiks –i memiliki makna gramatikal:
(1)   berulang kali.
(2)   tempat.
(3)   merasa sesuatu pada.
(4)   beri atau bubuh pada.
(5)   sebabkan atau jadikan.
(6)   lakukan pada.
5.1    Verba bersufiks –i memiliki makna gramatikal ′berulang kali′
Apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ tindakan) dan (+ sasaran). Contoh:
-          pukuli, artinya ′pekerjaan pukul dilakukan berulang kali′.
-          sembahi, artinya ′pekerjaan sembah dilakukan berulang kali′.
-          lempari, artinya ′pekerjaan lempar dilakukan berulang kali′.
-          tendangi, artinya ′pekerjaan tendang dilakukan berulang kali′.
-          potongi, artinya ′pekerjaan potong dilakukan berulang kali′.
5.2    Verba bersufiks –i memiliki makna gramatikal ′tempat′
Apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ tempat). Misalnya:
-          duduki, artinya ′duduk di ... ′.
-          datangi, artinya ′datang di ... ′.
-          lewati, artinya ′lakukan lewat di ... ′.
-          lompati, artinya ′lakukan lompat di ... ′.
-          jalani, artinya ′lakukan jalan di ... ′.
5.3    Verba bersufiks –i memiliki makna gramatikal ′merasa sesuatu pada′
Apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ sikap batin) atau (+ emosi). Misalnya:
-          kasihi, artinya ′merasa kasih pada′.
-          takuti, artinya ′merasa takut pada′.
-          hormati, artinya ′merasa hormat pada′.
-          senangi, artinya ′merasa hormat pada′.
-          sukai, artinya ′merasa suka pada′.
5.4    Verba bersufiks –i memiliki makna gramatikal ′beri atau bubuh pada′
Apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ bahan berian). Contoh:
-          garami, artinya ′beri garam pada′.
-          airi, artinya ′beri air pada′.
-          nasihati, artinya ′beri nasihat pada′.
-          gulai, artinya ′beri gula pada′.
-          danai, artinya ′beri dana pada′.
5.5    Verba bersufiks –i memiliki makna gramatikal ′sebabkan atau jadikan′
Apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ keadaan) atau (+ sifat). Contoh:
-          lengkapi, artinya ′jadikan lengkap′.
-          cukupi, artinya ′jadikan cukup′.
-          jauhi, artinya ′jadikan jauh′.
-          dekati, artinya ′jadikan dekat′.
-          kurangi, artinya ′jadikan kurang′.
5.6    Verba bersufiks –i memiliki makna gramatikal ′lakukan pada′
Apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ tindakan) dan (+ tempat). Misalnya:
-          tulisi, artinya ′lakukan tulis pada′.
-          diami, artinya ′lakukan diam pada′.
-          semburi, artinya ′lakukan sembur pada′.
-          siasati, artinya ′lakukan siasat pada′.
-          tanggapi, artinya ′lakukan tanggap pada′.

Catatan:
1.      Sufiks –i tidak dapat diimbuhkan pada bentuk dasar yang diakhiri dengan vokal –i atau diftong ai. Jadi, bentuk-bentuk ′mandii′, ′pergii′, ′belii′, ′sampaii′, dan ′cabaii′ tidak diterima.
2.      Dalam berbagai buku tata bahasa biasa dibicarakan perbedaan antara bentuk verba –kan dan verba bentuk –i. Pada dasarnya ada dua perbedaan makna gramatikal:
a.       Sufiks –kan menyatakan ′lakukan akan′, sedang sufiks –i menyatakan ′lakukan pada′. Simak dan bandingkan:
-          lompatkan                                                           lompati
-          tanamkan                                                             tanami
-          datangkan                                                           datangi
-          seberangkan                                                        seberangi
-          banyakkan                                                           banyaki
b.      Sufiks –kan menyatakan ′jadikan akan′, sedang sufiks –i menyatakan ′jadikan pada′. Simak dan bendingkan:
-          terangkan                                                            terangi
-          lengkapkan                                                          lengkapi
-          jauhkan                                                                jauhi
-          hitamkan                                                             hitami
-          gelapkan                                                              gelapi
3.      Sampai sekarang di dalam masyarakat masih dipersoalkan mana yang betul bentuk membawahkan atau membawahi, seperti dalam kalimat:
-          Gubernur DKI membawahi lima orang wali kota.
-          Gubernur DKI membawahkan lima orang wali kota.

Masyarakat umum lazim menggunakan bentuk membawahi sedangkan sejumlah pakar dan penyuluh bahasa menggunakan (dan menyarankan orang lain) bentuk membawahkan dengan alasan makna gramatikal membawahkan adalah ′jadikan berada di bawah′. Sebetulnya bentuk membawahkan dan membawahi memberi informasi yang sama, sebab membawahkan bermakna gramatikal ′jadikan di bawah akan′, sedangkan membawahi memberikan makna gramatikal ′jadikan berada di bawah pada′. Di samping itu tampaknya verba bersufiks –kan atau bersufiks –i pada dasar yang memiliki komponen makna (+ tempat) atau (+ arah) lebih bermakna idiomatikal daripada bermakna gramatikal, sehingga tidak dapat ′dipertentangkan′ secara gramatikal. Contoh:
-          mengatasi, bermakna idiomatikal ′menyelesaikan′ atau ′mengurus′.
-          menengahi, bermakna idiomatikal ′mendamaikan′.
-          menyampingkan, bermakna idiomatikal ′tidak menganggap penting′.
-          memojokkan, bermakna idiomatikal ′menempatkan dalam keadaan tidak enak′.
-          mengutarakan, bermakna idiomatikal ′menyatakan′.
4.      Berkenaan dengan dapat tidaknya diberi sufiks –kan dan –i akar dalam bahasa Indonesia dapat dikelompokkan atas:
a.       Akar yang dapat diimbuhi sufiks –kan dan sufiks –i. Misalnya akar:
-          tulis (kan)                                                            -tulis (i)     
-          masuk (kan)                                                         -masuk (i)
-          lempar (kan)                                                        -lempar (i)
-          datang (kan)                                                        -datang (i)
-          tembak (kan)                                                       -tembak (i)
b.      Akar yang hanya dapat diberi imbuhan –kan, tetapi tidak dapat diberi imbuhan –i. Misalnya akar:
-          anjur (kan)                                                           -* anjur (i)
-          lomba (kan)                                                         -*lomba (i)
-          siar (kan)                                                             -* siar (i)
-          guna (kan)                                                           -* guna (i)
-          tuntas (kan)                                                         -*tuntas (i)
c.       Akar yang hanya dapat diberi imbuhan –i, tetapi tidak dapat diberikan imbuhan –kan. Misalnya akar:
-          * patuh (kan)                                                       - patuh (i)
-          * taat (kan)                                                          - taat (i)
-          * hormat (kan)                                                     - hormat (i)
-          * sikap (kan)                                                        - sikap (i)
-          * restu (kan)                                                        - restu (i)
5.      Sufiks –kan dan sufiks –i dalam bahasa Indonesia merupakan dua afiks yang sangat produktif dalam bahasa Indonesia terutama untuk membentuk pangkal verba (stem) dalam pembentukan verba inflektif. Hanya, mana akar yang dapat diimbuhkan kedua sufiks itu atau yang hanya salah satunya saja belum dapat dijelaskan, kecuali seperti yang dijelaskan pada catatan (1) di atas.

6.      Verba Berprefiks per-

Verba berprefiks per- adalah verba yang bisa menjadi pangkal dalam pembentukan verba inflektif. Verba berprefiks per- dapat digunakan dalam:
(1)   Kalimat imperatif. Misalnya:
-          persingkat bicaramu!
-          perpanjang dulu KTP-mu ini!
-          perdalam ilmumu!
(2)   Kalimat pasif yang berpola: (aspek) + pelaku + verba. Misalnya:
-          penjagaan akan kami perketat nanti malam.
-          syarat-syarat harus kita perlunak untuk mereka.
-          masjid ini akan kami perluas ke arah timur.
(3)   Keterangan tambahan pada subjek atau objek yang berpola: yang + aspek + pelaku + verba. Misalnya:
-          saluran yang telah kami perdalam kini telah dangkal lagi.
-          gubernur akan meninjau bangunan yang baru kita perluas.
-          mobil yang belum lama kami perbaiki mogok lagi.

Verba berprefiks per- memiliki makna gramatikal:
(1)   jadikan lebih.
(2)   anggap sebagai.
(3)   bagi.

6.1    Verba berprefiks per- memiliki makna gramatikal ′jadikan lebih′
Apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ keadaan) atau (+ situasi). Contoh:
-          pertinggi, artinya ′jadikan lebih tinggi′.
-          perlebar, artinya ′jadikan lebih lebar′.
-          perlambat, artinya ′jadikan lebih lambat′.
-          percepat, artinya ′jadikan lebih cepat′.
-          perluas, artinya ′jadikan lebih luas′.
6.2    Verba berprefiks per- memiliki makna gramatikal ′anggap sebagai′ atau ′jadikan′
Apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ sifat khas). Contoh:
-          perbudak, artinya ′anggap sebagai budak′.
-          perkuda, artinya ′anggap sebagai kuda′.
-          peristri, artinya ′jadikan istri ′.
-          peranak, artinya ′jadikan anak ′.
-          perteman, artinya ′jadikan teman′.
6.3    Verba berprefiks per- memiliki makna gramatikal ′bagi′
Apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ jumlah) atau (+ bilangan). Misalnya:
-          perdua, artinya ′bagi dua′.
-          perlima, artinya ′bagi lima′.
-          perseratus, artinya ′bagi seratus′.
-          perseribu, artinya ′bagi seribu′.
-          perdelapan, artinya ′bagi delapan′.
Catatan:
1.      Verba berprefiks per- dapat menjadi pangkal dalam pembentukan verba inflektif dalam bentuk verba berklofiks memper-, diper-, atau terper-. Misal memperpanjang, diperpanjang, dan terpanjang.
2.      Di samping prefiks per- ada pula partikel per- yang memiliki makna ′tiap-tiap... ′ atau ′mulai... ′. Misalnya:
-          per bulan, artinya ′tiap-tiap bulan′.
-          per jam, artinya ′tiap-tiap jam′.
-          per 1 April, artinya ′mulai 1 April′.
-          per 1 Januari, artinya ′mulai 1 Januari′.
7.      Verba Berkonfiks per-kan
Verba berkonfiks per-kan adalah verba yang bisa menjadi pangkal dalam pembentukan verba inflektif (berprefiks me-, berprefiks di-, atau berprefiks ter-). Verba berkonfiks per-kan digunakan dalam:
(1)   Kalimat imperatif. Misalnya:
-          persiapkan dulu bahan-bahannya!
-          jangan perdebatkan lagi masalah itu!
-          jangan persamakan saya dengan dia!
(2)   Kalimat pasif yang predikatnya berpola: (aspek) + pelaku + verba. Contoh:
-          anak itu akan kita pertemukan dengan orang tua angkatnya.
-          masalah itu akan kami pertanyakan lagi.
-          usulmu itu akan kami pertimbangkan.
(3)   Keterangan tambahan pada subjek atau objek yang berpola: yang + (aspek) + pelaku + verba. Contoh:
-          tarian yang sudah mereka pertunjukkan akan diulang lagi.
-          film yang mereka hendak persembahkan perlu disensor dulu.
-          kami menyenangi lagu-lagu yang telah mereka perdengarkan.
Verba berkonfiks per-kan memiliki makna gramatikal:
(1)   Jadikan bahan (per-kan).
(2)   Lakukan supaya.
(3)   Jadikan me-.
(4)   Jadikan ber-.

7.1    Verba berkonfiks per-kan memiliki makna gramatikal ′jadikan bahan per-an′
Apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ kegiatan). Contoh:
-          perdebatkan, artinya ′jadikan bahan perdebatan′.
-          pertanyakan, artinya ′jadikan bahan pertanyaan′.
-          pertentangkan, artinya ′jadikan bahan pertentangan′.
7.2    Verba berkonfiks per-kan memiliki makna gramatikal ′lakukan supaya (dasar) ′
Apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ keadaan). Contoh:
-          persamakan, artinya ′lakukan supaya sama′.
-          pertegaskan, artinya ′lakukan supaya tegas′.
-          perbedakan, artinya ′lakukan supaya beda′.

7.3    Verba berkonfiks per-kan memiliki makna gramatikal ′jadikan me-′
Apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ tindakan). Contoh:
-          perdengarkan, artinya ′jadikan (orang lain) mendengar′.
-          perlihatkan, artinya ′jadikan (orang lain) melihat′.
-          pertontonkan, artinya ′jadikan (orang lain) menonton′.
7.4    Verba berkonfiks per-kan memiliki makna granatikal ′jadikan ber-′
Apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ kejadian). Contoh:
-          perhubungkan, artinya ′jadikan berhubungan′.
-          pertemukan, artinya ′jadikan bertemu′.
-          pergunakan, artinya ′jadikan berguna′.

Catatan:
1.      Verba berkonfiks per-kan dapat menjadi pangkal dalam pembentukan verba inflektif. Jadi, secara aktual dapat diberi prefiks me- inflektif dan prefiks di- inflektif, secara potensial dapat diberi ter- inflektif. Contoh, pertemukan dapat menjadi mempertemukan, dipertemukan dan terpertemukan.
2.      Verba berkonfiks per-kan jumlahnya tidak banyak. Di antara yang tidak banyak itu adalah:
Permalukan
Perkenankan
Perbedakan
Persekutukan
Pergunjingan
Persatukan
Pertautkan
Pertontonkan
Pergunakan
Permainkan
Perdayakan
Perlihatkan
Perhubungkan
Perjuangkan
Pertentangkan
perbolehkan

8.      Verba Berkonfiks per-i
Verba berkonfiks per-i adalah verba yang dapat menjadi pamgkal dalam pembentukan verba inflektif (berprefiks me- inflektif, di- inflektif, atau ter- inflektif). Verba berkonfiks per-kan digunakan dalam:
(1)   kalimat imperatif. Contoh:
-          perbaiki dulu sepeda ini!
-          jangan permalui dia depan orang banyak!
-          pergaulilah istrimu dengan baik!
(2)   kalimat pasif yang predikatnya berpola: (aspek) + pelaku + verba. Contoh:
-          mobil itu baru kita perbaiki.
-          tanah ini masih mereka persengketai.
-          mereka akan kami perlengkapi dengan alat-alat pertanian.
(3)   keterangan tambahan pada subjek atau objek yang berpola: yang + (aspek) + pelaku + verba. Contoh:
-          rumah yang baru kami perbaiki terkena gempa.
-          kasihan sekali anak-anak yang mereka perdayai itu.
-          mobil yang sudah kita perlengkapi dengan alarm hilang juga.
Verba per-i memiliki makna gramatikal:
(1)   lakukan supaya jadi.
(2)   lakukan (dasar) pada objeknya.

8.1    Verba berkonfiks per-i memiliki makna gramatikal ′lakukan supaya jadi′
Apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ keadaan). Contoh:
-          perlengkapi, artinya ′lakukan supaya jadi lengkap′.
-          perbaiki, artinya ′lakukan supaya jadi baik′.
-          persepakati, artinya ′lakukan supaya jadi sepakat′.
-          perbarui, artinya ′lakukan supaya jadi baru′.
-          permalui, artinya ′lakukan supaya jadi malu′.
8.2    Verba berkonfiks per-i memiliki makna gramatikal ′lakukan (dasar) pada objeknya′
Apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ tindakan) dan (+ lokasi). Contoh:
-          perturuti, artinya ′lakukan turut pada objeknya′.
-          persetujui, artinya ′lakukan setuju pada objeknya′.
-          persepakati, artinya ′lakukan sepakat pada objeknya′.
-          pergauli, artinya ′lakukan gaul pada objeknya′.
-          perlindungi, artinya ′lakukan lindungi pada objeknya′.

Catatan:        
1.      Verba berkonfiks per-i dapat menjadi pangkal dalam pembentukan verba inflektif. Jadi, secara aktual dapat diberi prefiks me- dan prefiks di- inflektif, dan secara potensial dapat diberi prefiks ter- inflektif. Contohnya, pada kata perbaiki dapat dibentuk menjadi memperbaiki, diperbaiki, dan terperbaiki.
2.      tampaknya verba berkonfiks per-i jumlahnya tidak banyak, terbatas pada yang diberikan di atas sebagai contoh.
3.      verba persenjatai bermakna gramatikal ′lakukan supaya jadi bersenjata′.
9.      Verba Berprefiks me-
Prefiks me- seperti sudah dibicarakan, dapat berbentuk me-, mem-, men-, meny-, meng-, dan menge-.
Bentuk atau alomorf me- digunakan apabila bentuk dasarnya dimulai dengan fonem r, l, w, y, m, n, ny, dan ng. Simak contoh-contoh berikut:
Merakit
Melekat
Mewarisi
Meyakini
Memerah
Menanti
Menyanyi
Menganga
Merawat
Melongok
Mewasiatkan
Meyayasankan
Memulaskan
Menaiki
Menyala
Mengerikan

Bentuk atau alomorf mem- digunakan apabila bentuk dasarnya dimulai dengan fonem b, p, f , dan v. Dengan catatan fonem b, f, dan v tetap berwujud, sedangkan fonem p tidak diwujudkan, melainkan disenyawakan dengan bunyi nasal dari prefiks itu. Simak contoh-contoh berikut:
Membina
Memfitnah
Memveto
Memotong
Membawa
Menfrasekan
Memvitaminkan
Memutuskan

Di sini perlu dicatat dalam kenyataan bahasa ada sejumlah kata, terutama yang berasal dari bahasa asing, yang meskipun diawali dengan fonem p tetapi tidak diluluhkan. Perhatikan contoh:
Mempesonakan
Mempedulikan
Mempengaruhi
Mempopulerkan
Memprotes
Mempraktikkan
Mempedomani
atau
Memesonakan
Memedulikan
Memengaqruhi
Memopulerkan
Memerotes
Memeraktekkan
Memedomani

Demi kekonsistenan, dalam buku ini dianjurkan untuk menggunakan bentuk yang meluluhkan fonem p itu.
Bentuk men- digunakan apabila bentuk dasarnya dimulai dengan fonem d dan t. Dengan catatan fonem d tetap diwujudkan sedangkan fonem t tidak diwujudkan melainkan disenyawakan dengan bunyi nasal yang ada pada prefiks tersebut. Simak contoh-contoh berikut:
Menduda
Mendidik
Menulis
Menodong
Mendengar
Mendustai
Menendang
Menerobos
Dalam bahasa keseharian, terutama di Jakarta, ada sejumlah kata berprefiks me-, tetapi fonem t pada awal bentuk dasarnya tidak diluluhkan atau disenyawakan, seperti mentolerir, mentradisi, mentraktor dan sebagainya.
Bentuk meny- digunakan apabila fonem awal bentuk dasarnya adalah fonem c, j dan s. Dengan catatan dalam bahasa tulis bunyi ny pada prefiks itu diganti atau dituliskan dengan huruf n pada dasar yang dengan fonem c dan j, sedangkan yang dimulai dengan fonem s, fonem s-nya diluluhkan. Simak contoh-contoh berikut:
mencuri                     lafalnya: menycuri
mencicil                    lafalnya: menycicil
menjual                     lafalnya: menyjual
menjaga                    lafalnya: menyjaga
menyikat
menyusul

Dalam bahasa keseharian, terutama kata serapan dari bahasa asing, bunyi nasal pada bentuk dasarnya tidak diluluhkan. Contoh:
mensukseskan
mensitir
menstandarkan
mensosialisasikan

Bentuk meng- digunakan apabila bentuk dasarnya mulai dengan fonem k, g, h, kh, a, z, e, dan o. Dengan catatan fonem k tidak diwujudkan, melainkan disenyawakan dengan nasal yang ada pada prefiks itu, sedangkan fonem-fonem yang lain tetap diwujudkan. Simak contoh-contoh berikut:
Mengirim
Menggali
Menghibur
Mengkhianati
Mengambil
Mengiris
Mengutus
Mengekor
Mengobrol
Mengumpulkan
Menggoda
Menghubungi
Mengkhususkan
Menyangkal
Mengincar
Mengusik
Mengelak
Mengobras

Bentuk menge- digunakan apabila bentuk dasarnya terdiri dari sebuah suku kata. Contoh:
Mengebom
Mengetik
Mengecor
Mengecat
Mengelap
Mengetes


Catatan:
Dalam penggunaan bahasa keseharian kita temukan:
(1)   bentuk kata-kata yang mulai dengan gugus konsonan, biasanya berasal dari bahasa asing atau bahasa daerah ada dua cara dalam pengimbuhan prefiks me-. Kedua cara itu:
pertama, untuk kata-kata yang dianggap belum berintegrasi digunakan kaidah pengimbuhan di atas, namun tanpa meluluhkan fonem awal bentuk dasarnya. Contoh:
-          mengkritik
-          memprotes
-          menswadayakan
-          mengkalsifikasikan
-          menstandarkan
Kedua, kedua untuk kata-kata yang dianggap lebih berintegrasi, mula-mula disipkan fonem e pada gugus konsonannya, kemudian baru diberi prefiks me- menurut aturan, dan dengan meluluhkan fonem awal bentuk dasarnya. Contoh:
-          kritik                      keritik                  mengeritik
-          proses                     peroses                 memeroses
-          kredit                     keredit                 mengeredit
-          stensil                    setensil                 menyetensil
-          prihatin                  perihatin              memerihatinkan
(2)   dalam rangka bahasa tidak baku prefiks me- hanya berwujud bentuk nasalnya saja, yang oleh kridalaksana (1989) disebut simulfiks. Contoh:
milih                        (bukan memilih)
nyikat                      (bukan menyikat)
nendang                  (bukan menendang)
ngirim                     (bukan mengirim)
ngecat                     (bukan mengecat)
ngelarang                (bukan melarang)
bunuh                     (bukan membunuh)
(3)   perlu dibedakan adanya dua macam prefiks me-, yaitu prefiks me- inflektif dan prefiks me- derivatif. Beda keduanya prefiks me- inflektif dapat diganti dengan prefiks di- inflektif atau prefiks er- inflektif. Sedangkan prefiks me- derivatif tidak dapat diganti dengan prefiks di- maupun prefiks ter-.

9.1    Verba Berprefiks me- inflektif
Bentuk dasar atau pangkal verba berprefiks me- inflektif memiliki komponen makna (+ tindakan) dan (+ sasaran). Jadi, bentuk dasar atau pangkal dalam pembentukan verba inflektif, di samping berbentuk morfem dasar atau akar juga termasuk verba bersufiks –kan, bersufik –i, berprefiks per-, berkonfiks per-kan dan berkonfiks per-i. Contoh:
Membaca
Melupakan
Merestui
Memperpanjang
Mempergunakan
Mempergauli
Menulis
Menidurkan
Menodai
Mempersingkat
Memperdayakan
Mempertakuti

Verba berprefiks me- inflektif memiliki makna gramatikal:
(1)   kalau bentuk dasarnya atau pangkalnya berupa morfem dasar adalah:
a.       Melakukan (dasar).
b.      Melakukan kerja dengan alat.
c.       Melakukan kerja dengan bahan.
d.      Membuat (dasar).
(2)   kalau pangkalnya berupa verba bersufiks –kan, maka makna gramatikalnya adalah seperti sudah dibicarakan pada subbab 4.
(3)   kalau pangkalnya berupa verba bersufiks –i, maka makna gramatikalnya adalah seperti sudah dibicarakan pada subbab 5.
(4)   kalau pangkalnya berupa verba berprefiks -per, maka makna gramatikalnya adalah seperti sudah dibicarakan pada subbab 6.
(5)   kalau pangkalnya berupa verba berkonfiks per-kan, maka makna gramatikalnya adalah seperti sudah dibicarakan pada subbab 7.
(6)   kalau pangkalnya berupa verba berkonfiks per-i, maka makna gramatikalnya adalah seperti sudah dibicarakan pada subbab 8.

9.1.1        Verba berprefiks me- inflektif memiliki makna gramatikal  ′melakukan (dasar)′ apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ tindakan) dan (+ sasaran). Contoh:
-          membeli, artinya ′melakukan beli′.
-          menulis, artinya ′melakukan tulis′.
-          membaca, artinya ′melakukan baca′.
-          mencuri, artinya ′melakukan curi′.
-          mengambil, artinya ′melakukan ambil′.
9.1.2        Verba berprefiks me- inflektif memiliki makna gramatikal  ′melakukan kerja dengan alat′ apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ tindakan) dan (+ alat). Contoh:
-          mengikir, artinya ′melakukan kerja dengan alat kikir′.
-          memahat, artinya ′melakukan kerja dengan alat pahat′.
-          mengail, artinya ′melakukan kerja dengan alat kail′.
-          merantai, artinya ′melakukan kerja dengan alat rantai′.
-          mengunci, artinya ′melakukan kerja dengan alat kunci′.
9.1.3        Verba berprefiks me- inflektif memiliki makna gramatikal  ′melakukan kerja dengan bahan′ apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ tindakan) dan (+ bahan). Contoh:
-          mengapur, artinya ′lakukan kerja dengan bahan kapur′.
-          mengecat, artinya ′lakukan kerja dengan bahan cat′.
-          mengelem, artinya ′lakukan kerja dengan bahan lem′.
-          mengelak, artinya ′lakukan kerja dengan bahan lak′.
-          menyemen, artinya ′lakukan kerja dengan bahan semen′.
9.1.4        Verba berprefiks me- inflektif memiliki makna gramatikal  ′membuat dasar′ apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ tindakan) dan (+ benda hasil). Contoh:
-          menyambal, artinya ′membuat sambal′.
-          menumis, artinya ′membuat tumis′.
-          mematung, artinya ′membuat patung′.
-          menggambar, artinya ′membuat gambar′.
-          mendekor, artinya ′membuat dekor′.
9.2    Verba Berprefiks me- derivatif
Verba berprefiks me- derivatif memiliki makna gramatikal:
(1)   makan, minum, mengisap.
(2)   mengeluarkan.
(3)   menjadi.
(4)   menjadi seperti.
(5)   menuju.
(6)   memperingati.

9.2.1        Verba berprefiks me- derivatif memiliki makna gramatikal makan, minum, mengisap apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ makanan) atau (+ minuman) atau (+ isapan).
Contoh:
-          merokok, artinya ′menghisap rokok′.
-          menyoto, artinya ′makan soto ′.
-          menyate, artinya ′makan sate′.
-          (me)ngebir, artinya ′minum bir′.
-          menuak, artinya ′minum tuak′.

Catatan:
Makna gramatikal menyoto dan menyate bisa menjadi ′membuat′ tergantung pada konteks kalimatnya.

9.2.2        Verba berprefiks me- derivatif memiliki makna gramatikal mengeluarkan (dasar) apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (bunyi) atau (+ suara). Contoh:
-          mengeong, artinya ′mengeluarkan bunyi ngeong′.
-          mengaum, artinya ′mengeluarkan bunyi ngaum′.
-          menderik, artinya ′mengeluarkan bunyi derit′.
-          mencicit, artinya ′mengeluarkan bunyi cicit′.
-          mengerang, artinya ′mengeluarkan bunyi erang′.
9.2.3        Verba berprefiks me- derivatif memiliki makna gramatikal menjadi (dasar) apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ keadaan, ) atau (+ warna) atau (+ bentuk) atau (+ situasi).
-          menguning, artinya ′menjadi kuning′.
-          meninggi, artinya ′menjadi tinggi′.
-          menua, artinya ′menjadi tua′.
-          mengecil, artinya ′menjadi kecil′.
-          membesar, artinya ′menjadi besar′.
9.2.4        Verba berprefiks me- derivatif memiliki makna gramatikal menjadi seperti apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ sifat khas). Contoh:
-          membatu, artinya ′menjadi seperti batu′.
-          membaja, artinya ′menjadi seperti baja′.
-          mengarang, artinya ′menjadi seperti karang′.
-          mengapur, artinya ′menjadi seperti kapur′.
-          menyemak, artinya ′menjadi seperti semak′.
9.2.5        Verba berprefiks me- derivatif memiliki makna gramatikal makan, minum, mengisap apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ makanan) atau (+ minuman) atau (+ isapan).
-          menepi, artinya ′menuju tepi′.
-          mengutara, artinya ′menuju udara′.
-          mendarat, artinya ′menuju darat′.
-          mengudara, artinya ′menuju udara′.
-          melangit, artinya ′menuju langit′.
9.2.6        Verba berprefiks me- derivatif memiliki makna gramatikal makan, minum, mengisap apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ makanan) atau (+ minuman) atau (+ isapan).
-          meniga hari, artinya ′memperingati hari ketiga (kematian)′.
-          menujuh hari, artinya ′memperingati hari ketujuh (kematian) ′.
-          menujuh bulan, artinya ′memperingati bulan ketujuh
(kehamilan) ′.
-          menyeratus hari, artinya ′memperingati hari keseratus    (kematian) ′.
-          menyeribu hari, artinya ′memperingati hari keseribu (kematian) ′.
10.  Verba Berprefiks di-
Ada dua macam verba berprefiks di-, yaitu verba berprefiks di- inflektif dan verba berprefiks di- derivatif.
10.1 Verba berprefiks di- inflektif adalah verba pasif. Tindakan dari verba berprefiks me- inflektif. Maka makna gramatikalnya adalah kebalikan dari bentuk aktif verba berprefiks me- inflektif.
10.2 Verba berprefiks di- derivatif sejauh data yang diperoleh hanya ada kata dimaksud, yang lain tidak ada.

11.  Verba Berprefiks ter-
Ada dua macam verba berprefiks ter-, yaitu verba berprefiks di- inflektif dan verba berprefiks ter- derivatif.
11.1  Verba berprefiks ter- inflektif
Verba berprefiks ter- inflektif adalah verba pasif keadaan dari verba berprefiks me- inflektif. Makna gramatikal verba berprefiks ter- inflektif, selain sebagai kebalikan pasif keadaan dari verba berprefiks me- inflektif, juga memiliki makna gramatikal.
(1)   dapat / sanggup.
(2)   tidak sengaja.
(3)   sudah terjadi.

11.1.1 Verba berprefiks ter- inflektif memiliki makna gramatikal ′dapat / sanggup′ apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ tindakan) dan (+ sasaran).
Contoh:
-          terangkat, artinya ′dapat diangkat′.
-          terbaca, artinya ′dapat dibaca′.
-          terbawa, artinya ′dapat dibawa′.
-          terlihat, artinya ′dapat dilihat′.
-          terangkut, artinya ′dapat diangkut′.
11.1.2 Verba berprefiks ter- inflektif memiliki makna gramatikal ′tidak sengaja ′ apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ tindakan) dan (+ sasaran).
Contoh:
-          terangkat, artinya ′tidak sengaja diangkat′.
-          terbaca, artinya ′tidak sengaja dibaca′.
-          terbawa, artinya ′tidak sengaja dibawa′.
-          terlihat, artinya ′tidak sengaja dilihat′.
-          terangkut, artinya ′tidak sengaja diangkut′.

Catatan: Makna gramatikal verba berprefiks ter- di atas, masih tergantung pada konteks kalimatnya.

11.1.3 Verba berprefiks ter- inflektif memiliki makna gramatikal ′sudah terjadi′ apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ tindakan) dan (+ keadaan).
Contoh:
-          terbakar, artinya ′sudah terjadi (bakar)′.
-          terputus, artinya ′sudah terjadi (putus)′.
-          terlanda, artinya ′sudah terjadi (landa)′.
-          tertabrak, artinya ′sudah terjadi (tabrak)′.
-          terjepit, artinya ′sudah terjadi (jepit)′.
11.1.4  Verba berprefiks ter- inflektif memiliki makna gramatikal ′yang di (dasar) ′ apabila digunakan sebagai istilah bidang hukum.

Contoh:
-          tertuduh, artinya ′yang dituduh′.
-          tersangka, artinya ′yang disangka′.
-          terdakwa, artinya ′yang didakwa′.
-          terpidana, artinya ′yang dipidana′.
-          terhukum, artinya ′yang dihukum′.
11.2  Verba berprefiks ter- derivatif
Verba berprefiks ter- derivatif memiliki makna gramatikal:
(1)   paling.
(2)   dalam keadaan.
(3)   terjadi dengan tiba-tiba.

11.2.1 Verba berprefiks ter- derivatif memiliki makna gramatikal ′paling′ apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ keadaan).

Contoh:
-          terbaik, artinya ′paling baik′.
-          tertinggi, artinya ′paling tinggi′.
-          terpendek, artinya ′paling pendek′.
-          terjauh, artinya ′paling jauh′.
-          terpanjang, artinya ′paling panjang′.
11.2.2 Verba berprefiks ter- derivatif memiliki makna gramatikal ′dalam keadaan′ apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ keadaan) dan (+ kejadian).

Contoh:
-          tergeletak, artinya ′dalam keadaan geletak′.
-          terdampar, artinya ′dalam keadaan dampar′.
-          terseok-seok, artinya ′dalam keadaan seok-seok′.
-          terpasang, artinya ′dalam keadaan pasang′.
-          terbengkalai, artinya ′dalam keadaan bengkalai′.
11.2.3 Verba berprefiks ter- derivatif memiliki makna gramatikal ′terjadi dengan tiba-tiba′ apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ kejadian).

Contoh:
-          teringat, artinya ′tiba-tiba ingat′.
-          terpeluk, artinya ′tiba-tiba memeluk′.
-          terjerembab, artinya ′tiba-tiba jerembab′.
-          tertegun, artinya ′tiba-tiba tegun′.
12.  Verba Berprefiks ke-
Verba berprefiks ke- digunakan dalam bahasa ragam tidak baku. Fungsi dan makna gramatikalnya sepadan dengan verba berprefiks ter-. Jadi, bentuknya sebagai berikut:
Kebaca
Ketipu
Ketabrak
Kebawa
Ketangkap
Sepadan dengan
Terbaca
Tertipu
Tertabrak
Terbawa
Tertangkap

Makna gramatikal yang dimiliki, antara lain:
(1)   tidak sengaja.
(2)   dapat di.
(3)   kena (dasar).

13.   Verba Berkonfiks ke-an
Verba berkonfiks ke-an termasuk verba pasif, yang tidak dapat dikembalikan ke dalam verba aktif, seperti verba pasif di- dan verba pasif ter-. Makna gramatikal yang dimilikinya adalah:
(1)   terkena, menderita atau mengalami.
(2)   agak bersifat.

13.1     Verba berkonfiks ke-an memiliki makna gramatikal ′terkena, menderita, mengalami (dasar) ′ apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ peristiwa alam) atau (+ hal yang tidak enak). Contoh:
-          kebanjiran, artinya ′terkena banjir′.
-          kebakaran, artinya ′menderita bakar ′.
-          kedinginan, artinya ′menderita dingin′.
-          kehausan, artinya ′menderita haus′.
-          kecopetan, artinya ′terkena copet′.
13.2     Verba berkonfiks ke-an memiliki makna gramatikal ′agak (dasar)′ apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ warna). Contoh:
-          kehijauan, artinya ′agak hijau′.
-          kemerahan, artinya ′agak merah′.
-          kebiruan, artinya ′agak biru′.
-          kehitaman, artinya ′agak hitam′.
-          kekuningan, artinya ′agak kuning′.

Perlu dicatat, di dalam pemakaian lazim disertai dengan nama warna lain di depannya dan bentuk reduplikasi. Contoh:
-          hijau kekuningan atau hijau kekuning-kuningan.
-          merah kehitaman atau merah kehitam-hitaman.
-          biru kemerahan atau biru kemerah-merahan.