AFIKSASI
PEMBENTUKAN VERBA
Afiksasi
adalah salah satu proses dalam pembentukan kata turunan baik berkategori verba,
berkategori nomina maupun yang berkategori ajektiva.
Afiks-afiks
pembentukan verba adalah:
1) prefiks
ber-
2) konfiks
dan klofiks ber-an
3) klofiks
ber-kan
4) sufiks
–kan
5) sufiks
–i
6) prefiks
per-
7) konfiks
per-kan
8) konfiks
per-i
9) prefiks
me-
10) prefiks
di-
11) prefiks
ter-
12) prefiks
ke-
13) konfiks
ke-an
1.
Verba
Berprefiks ber-
Bentuk dasar dalam
pembentukan verba dengan prefiks ber- dapat
berupa:
(1) Morfem
dasar terikat, seperti terdapat pada kata bertempur,
berkelahi, berjuang, bertikai dan berhenti. Bentuk dasarnya yang berupa
morfem dasar terikat: tempur, kelahi,
juang, tikai, dan henti.
(2) Morfem
dasar bebas, seperti terdapat pada kata berladang,
beternak, bekerja, bernyanyi, dan bergaya.
Bentuk dasarnya yang berupa morfem dasar bebas: ladang, ternak, kerja, nyanyi, dan gaya.
(3) Bentuk
turunan berafiks, seperti terdapat pada kata berpakaian (bentuk dasarnya pakaian), beraturan (bentuk dasarnya aturan), berkekuatan (bentuk dasarnya kekuatan),
berkebangsaan (bentuk dasarnya kebangsaan), berpenghasilan (bentuk dasarnya penghasilan)
dan berpendapatan (bentuk dasarnya pendapatan). Jadi, di sini prefiks ber- diimbuhkan pada dasar yang terlebih
dahulu sudah diberi afiks lain. Simak bagan proses pembentukan kata berpakaian
berikut:
Ber pakai an
(4) Bentuk
turunan reduplikasi, seperti terdapat pada kata berlari (bentuk dasar lari-lari),
berkeluh-kesah (bentuk dasar keluh-kesah) dan berilmu-pengetahuan (bentuk dasar ilmu-pengetahuan).
(5) Bentuk
turunan hasil komposisi, seperti terdapat pada kata berjual beli (bentuk dasar jual
beli), bertemu muka (bentuk dasar
temu muka), dan bergunung api (bentuk dasar gunung
api).
Makna gramatikal verba
berprefiks ber- yang dapat dicatat,
antara lain yang menyatakan:
(1) mempunyai (dasar) atau ada (dasar)nya.
(2) memakai atau menggunakan (dasar).
(3) mengendarai atau menumpang/naik (dasar).
(4) berisi atau mengandung (dasar).
(5) mengeluarkan atau menghasilkan (dasar).
(6) mengusahakan atau mengerjakan (dasar).
(7) melakukan (dasar).
(8) mengalami atau berada dalam keadaan
(dasar).
(9) menyebut atau menyapa (dasar).
(10)
kumpulan atau kelompok (dasar).
(11)
memberi.
1.1
Verba berprefiks ber- memiliki makna
gramatikal ′mempunyai (dasar) ′ atau ′ada (dasar)nya′
Apabila
bentuk dasarnya mempunyai komponen makna (+ benda), (+ umum), (+milik) dan atau
(+ bagian). Perhatikan contoh:
-
berayah ′mempunyai ayah′.
-
bermesin ′ada mesinnya′.
-
berjendela ′ada jendelanya′.
-
berkewajiban ′mempunyai kewajiban′.
-
bertanggung jawab ′mempunyai tanggung
jawab′.
Contoh lain:
-
beristri.
-
bersaudara.
-
berkamar.
-
berasas.
-
berbagasi.
1.2
Verba berprefiks ber- memiliki makna
gramatikal ′memakai′ atau ′mengenakan′
Apabila bentuk dasarnya
mempunyai komponen makna (+ pakaian) atau (+ perhiasan). Simak contoh berikut:
-
berkebaya ′memakai kebaya′.
-
berjilbab ′memakai jilbab′.
-
berpita ′memakai pita′.
-
berjaket kulit ′memakai jaket kulit′.
-
berkalung ′memakai kalung′.
Contoh lain:
-
berbedak.
-
bersepatu karet.
-
bersendal jepit.
-
berbulu mata palsu.
-
bertopeng.
1.3
Verba berprefiks ber- memiliki makna
gramatikal ′mengendarai′, ′menumpang′, atau ′naik′
Apabila bentuk dasarnya
memiliki komponen makna (+ kendaraan). Simak cntoh berikut:
-
bersepeda ′mengendarai sepeda′.
-
berkuda ′naik kuda′.
-
berkereta ′menumpang kereta′.
-
berbendi ′naik bendi′.
-
berbemo ′naik bemo′.
Catatan
:
Bentuk seperti berbemo, berbus, berangkot, bertaksi dan
berpesawat secara aktual memang
“belum lazim” digunakan orang. Tetapi secara gramatikal bentuk-bentuk tersebut
dapat diterima. Secara aktual belum ada, tetapi secara potensial bisa
digunakan. Alih-alih menggunakan bentuk berbemo,
orang menggunakan bentuk naik bemo. Begitu juga dengan naik bus untuk berbus, naik perahu untuk berperahu dan naik pesawat
untuk berpesawat.
1.4
Verba berprefiks ber- memiliki makna
gramatikal ′berisi′ atau ′mengandung′
Apabila bentuk dasarnya
memiliki komponen makna (+ benda), (+dalaman), (+ kandungan). Simak contoh
berikut:
-
beracun ′mengandung racun′.
-
berkuman ′mengandung kuman′
-
berair ′berisi air′.
-
berpenyakit ′mengandung penyakit′
-
berdarah ′mengandung darah′
Catatan:
Makna ′mengandung′ atau
′berisi′, bisa juga bermakna ′mempunyai ′
atau ′ada (dasar)nya ′. Jadi ′berair′ bisa bermakna gramatikal ′berisi air′, bisa juga ′ada airny′a. Malah
bisa bermakna ′mengeluarkan′.
1.5
Verba berprefiks ber- memiliki makna
gramatikal ′mengeluarkan atau menghasilkan
Apabila bentuk dasarnya
memiliki komponen makna (+ benda), (+ hasil), atau (+ keluar). Perhatikan
contoh:
-
berproduksi ′menghasilkan produksi′.
-
bertelur ′mengeluarkan telur′.
-
berdarah ′mengeluarkan darah′.
-
berair mata ′mengeluarkan air mata′.
-
bernanah ′mengeluarkan nanah′.
1.6
Verba berprefiks ber- memiliki makna
gramatikal ′mengusahakan′ atau ′mengupayakan′
Apabila bentuk dasarnya
memiliki komponen makna (+ bidang usaha). Perhatikan contoh:
-
berladang ′mengusahan ladang′.
-
beternak ′mengusahakan ternak′.
-
bersawah′ mengerjakan sawah′.
-
berhuma ′mengerjakan huma′.
-
bercocok tanam ′mengusahakan cocok tanam′.
1.7
Verba berprefiks ber- memiliki makna
gramatikal ′melakukan kegiatan′
Apabila bentuk dasarnya
memiliki komponen makna (+ benda) dan (+ kegiatan). Simak contoh berikut:
-
berdebat ′melakukan debat′.
-
bersenam ′melakukan senam′.
-
berekreasi ′melakukan rekreas′.
-
berdiskusi ′melakukan diskusi′.
-
berolahraga ′melakukan olahraga′.
1.8
Verba berprefiks ber- memiliki makna
gramatikal ′mengalami′ atau ′berada dalam keadaan′
Apabila bentuk dasarnya
memiliki komponen makna (+ perasaan batin). Simak contoh berikut:
-
bergembira ′dalam keadaan gembira′.
-
berduka cita ′dalam keadaan duka cita′.
-
bersedih ′dalam keadaan sedih′.
-
bersenang-senang ′dalam keadaan
senang-senang′.
-
bermuram durja ′dalam keadaan muram
durja′.
1.9
Verba berprefiks ber- memiliki makna
gramatikal ′menyebut′ atau ′menyapa′
Apabila bentuk dasarnya
memiliki komponen makna (+ kerabat) dan (+ sapaan). Simak contoh berikut:
-
berabang ′memanggil abang′.
-
berkakak ′menyebut kakak′.
-
bertuan ′memanggil tuan′.
-
beradik ′memanggil adik′.
-
berencik ′menyebut encik′.
1.10
Verba berprefiks ber- memiliki makna
gramatikal ′kumpulan′ atau ′kelompok′
Apabila
bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ jumlah) atau (+ hitungan). Simak
contoh berikut:
-
berdua ′kumpulan dari dua (orang)′.
-
berlima ′kumpulan dari lima (orang)′.
-
bertiga ′kumpulan dari tiga (orang)′.
-
bertujuh ′kumpulan dari tujuh (orang)′.
-
berempat ′kumpulan dari empat (orang)′.
1.11
Verba berprefiks ber- memiliki makna
gramatikal ′memberi′
Apabila bentuk dasarnya
memiliki komponen makna (+ benda) dan (+ berian). Simak contoh berikut:
-
bersedekah ′memberi sedekah′.
-
berderma ′memberi derma′.
-
berkhotbah ′memberi khotbah′.
-
berceramah ′memberi ceramah′.
-
berpetuah ′memberi petuah′.
Catatan:
Ada sejumlah kata
berprefiks ber- yang tidak bermakna gramatikal, melainkan bermakna idiomatikal.
Misalnya:
-
berpulang dengan makna ′meninggal′.
-
bersalin dengan makna ′melahirkan′.
-
bertekuk lutut dengan makna ′menyerah′.
-
bertolak dengan makna ′melakukan
perjalanan′.
2.
Verba
Berkonfiks dan Berklofiks Ber-an
verba berbentuk ber-an seperti pada kata bermunculan dan berpakaian memiliki dua macam proses pembentukan. Pertama, yang berupa konfiks, artinya prefiks ber- dan sufiks –an
itu diimbuhkan secara bersamaan sekaligus pada sebuah bentuk dasar. Kedua, yang berupa klofiks artinya prefiks ber-
dan sufiks –an itu tidak diimbuhkan
secara bersamaan pada sebuah dasar. Dalam hal ini pada bentuk dasar, mula-mula
diimbuhkan sufiks –an baru kemudian
diimbuhkan lagi prefiks ber-. Kalau
bentuk bermunculan di atas kita ambil
sebagai contoh verba berkonfiks dan bentuk berpakaian
sebagai contoh verba berklofiks, maka bagan proses pembentukannya adalah
sebagai berikut:
muncul - ber - an ber pakai an
Ber-an sebagai konfiks memiliki satu makna,
sedangkan ber-an sebagai klofiks memiliki makna sendiri-sendiri. Jadi, prefiks
ber- memiliki makna sendiri. Verba bermunculan pada contoh di atas memiliki
makna ′banyak yang muncul dengan tidak teratur′ dan makan gramatikal kata
berpakaian adalah ′memakai pakaian′.
Makna gramatikal verba berkonfiks ber-an
adalah:
(1)
banyak serta tidak teratur.
(2)
saling atau berbalasan.
(3)
saling berada di.
2.1
Verba berkonfiks ber-an yang memiliki
makna gramatikal ′banyak serta tidak teratur′
Apabila
bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ tindakan), (+ sasaran), dan (+
gerak). Misalnya:
-
berlarian ′banyak yang berlari dan tidak
teratur′.
-
bermunculan ′banyak yang muncul dan
tidak teratur′.
-
berlompatan ′banyak yang lompat dan
tidak teratur′.
2.2
Verba berkonfiks ber-an yang memiliki
makna gramatikal ′saling′ atau ′berbalasan′
Apabila
bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ tindakan), (+ sasaran), dan (+
gerak). Misalnya:
-
bermusuhan ′saling memusuhi′.
-
bertangisan ′saling menangis′.
-
bersentuhan ′saling bersentuhan′.
2.3
Verba berkonfiks ber-an yang memiliki
makna gramatikal ′saling berada di′
Apabila
bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ benda), (+ letak), (+ tempat).
Misalnya:
-
bersebelahan ′saling berada di sebelah′.
-
berseberangan ′saling berada di seberang′.
-
berhadapan ′saling berada di hadapan′.
Catatan:
(1)
bentuk ber-an pada sebuah verba mungkin bisa berupa konfiks mungkin juga
berupa klofiks, tergantung pada konteks kalimatnya. Misalnya verba berpotongan dan berpandangan pada kalimat (a) dan (b) adalah konfiks sedangkan pada
kalimat (c) dan (d) adalah klofiks.
(a)
Garis a dan garis b berpotongan pada titik c.
(b)
Kami hanya dapat berpandangan dari jauh.
(c)
Gadis yang berpotongan seperti gajah bengkak itu tak mungkin diterima jadi
peragawati.
(d)
Orang yang berpandangan luas tentu tidak akan mengkritik sembarangan.
(2)
Hingga saat ini verba berkonfiks atau
berklofiks ber-an jumlahnya tidak banyak. Di antara yang tidak banyak itu
terdapat pada verba-verba:
Berpengangan
Bersandaran
Berkenaan
Bermesraan
Berdekatan
Berhadapan
Bersangkutan
Berdampingan
Berlompatan
Bersaingan
Berlumuran
Bermusuhan
Bersentuhan
Berpasangan
|
Berhampiran
Berkasihan
Berjauhan
Berdatangan
Bertentangan
Bersimpangan
Berseliweran
Berlarian
Berloncatan
Berkedudukan
Berkejaran
Berketentuan
Berkeberatan
|
(3)
Ada sejumlah verba ber-an yang di dalam
pertuturan (terutama dalam ragam non baku) ditanggalkan prefiks ber-nya antara
lain (ber) ciuman, (ber) pelukan, (ber) tabrakan, (ber) gelimpangan, (ber)
senggolan, (ber) pacaran, (ber) sedekahan, (ber) lebaran, dan (ber) syukuran.
3. Verba Berklofiks Ber-kan
Verba
berklofiks ber-kan dibentuk dengan
proses, mula-mula pada bentuk dasar diimbuhkan prefiks ber-, lalu diimbuhkan pula sufiks –kan. Misalnya mula-mula pada kata dasar senjata diimbuhkan prefiks ber-
menjadi bersenjata, lalu pada kata bersenjata diimbuhkan pula sufiks –kan sehingga menjadi bersenjatakan.
Simak
bagan berikut:
Ber senjata kan
Prefiks
ber- dan sufiks –kan pada verba ber-kan memiliki maknanya masing-masing, di mana
prefiks ber- memiliki makna gramatikal seperti pada subbab 1, ssedangkan sufiks
–kan memiliki makna gramatikal ′akan′. Perhatikan beberapa contoh berikut:
-
bersenjatakan ′menggunakan senjata akan
(clurit) ′.
-
berisikan ′mempunyai isi akan (air) ′.
-
berdasarkan ′menggunakan dasar akan
(pancasila) ′.
Verba
berklofiks ber-kan juga tidak banyak. Di antara yang tidak banyak itu adalah
verba:
Bermodalkan
Beristrikan
Bersuamikan
Bertatahkan
Berkalungkan
Bermenantukan
Berdalilkan
Beralaskan
Berasaskan
Berdasarkan
Bercorakkan
|
Bermodalkan
Berlandaskan
Bertuhankan
Berselimutkan
Bertaburkan
Berbantalan
Beratapkan
Berdindingkan
Berlantaikan
Berlaukkan
Bermotifkan
|
Perlu
dicatat verba bermandikan tampaknya agak berbeda, sebab verba bermandi tidak
ada. Verba ini muncul dalam konstruksi bermandi cahaya yang prosesnya adalah
prefiks ber- diimbuhkan pada frase mandi cahaya atau ber + mandi cahaya.
4. Verba Bersufiks –kan
Dalam
prosesnya, sufiks –kan, bila diimbuhkan pada dasar yang memiliki komponen makna
(+ tindakan) dan (+ sasaran) akan membentuk verba bitransitif, yaitu verba yang
berobjek dua. Bila diimbuhkan pada dasar yang lain, sufiks –kan akan membentuk
pangkal (stem) yang menjadi dasar dalam pembentukan verba inflektif.
Verba bersufiks –kan
digunakan dalam
(1)
kalimat imperatif. Contoh:
-
lemparkan
bola itu ke sini!
-
tuliskan namamu di sini!
-
gunakan bahasa
Indonesia yang baik dan benar!
(2)
kalimat pasif yang predikatnya berpola:
(aspek) + pelaku + verba, dan subjeknya menjadi sasaran tindakan. Contoh:
-
rumah itu baru kami dirikan.
-
jembatan itu akan mereka robohkan.
-
tugas itu belum saya laksanakan.
(3)
keterangan tambahan pada subjek atau
objek yang berpola: yang + (aspek) + pelaku + verba. Contoh:
-
uang yang baru kami terima sudah habis
lagi.
-
kami melewati daerah yang sudah mereka
amankan.
Verba bersufiks –kan
memiliki makna gramatikal:
(1)
jadikan.
(2)
jadikan berada di.
(3)
lakukan untuk orang lain.
(4)
lakukan akan.
(5)
bawa masuk ke.
4.1
Verba Bersufiks –kan memiliki makna
gramatikal ′menjadi′
Apabila
bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ keadaan) atau (+ sifat khas). Contoh:
-
tenangkan, artinya ′jadikan tenang′.
-
putuskan, artinya ′jadikan putus′.
-
hutankan, artinya ′jadikan hutan′.
-
damaikan, artinya ′jadikan damai′.
-
satukan, artinya ′jadikan satu′.
4.2
Verba Bersufiks –kan memiliki makna
gramatikal ′jadikan berada di′
Apabila
bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ tempat) atau (+ arah). Contoh:
-
pinggirkan, artinya ′jadikan berada di
pinggir′.
-
daratkan, artinya ′jadikan berada di
darat′.
-
ketengahkan, artinya ′jadikan berada di
tengah′.
-
tempatkan, artinya ′jadikan berada di
tempat′.
-
gudangkan, artinya ′jadikan berada di
gudang′.
4.3
Verba Bersufiks –kan memiliki makna
gramatikal ′lakukan untuk orang lain′
Apabila
bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ tindakan) dan (+ sasaran). Contoh:
-
bukakan, artinya ′lakukan buka untuk (orang
lain) ′.
-
ambilkan, artinya ′lakukan ambil untuk
(orang lain) ′.
-
bacakan, artinya ′lakukan baca untuk
(orang lain) ′.
-
belikan, artinya ′lakukan beli untuk
(orang lain) ′.
-
bawakan, artinya ′lakukan bawa untuk
(orang lain) ′.
4.4
Verba Bersufiks –kan memiliki makna
gramatikal ′lakukan akan′
Apabila
bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ tindakan) dan (+ sasaran). Contoh:
-
lemparkan, artinya ′lakukan lempar akan′.
-
hindarkan, artinya ′lakukan hindar akan′.
-
hapuskan, artinya ′lakukan hapus akan′.
-
kabulkan, artinya ′lakukan kabul akan′.
-
lompatkan, artinya ′lakukan lompat akan′.
4.5
Verba Bersufiks –kan memiliki makna
gramatikal ′bawa masuk ke′
Apabila
bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ ruang). Contoh:
-
asramakan, artinya ′bawa masuk ke asrama′.
-
gudangkan, artinya ′bawa masuk ke gudang′.
-
rumahkan, artinya ′bawa masuk ke rumah′.
-
petikan, artinya ′bawa masuk ke peti′.
Catatan:
Verba
bersufiks –kan lazim menjadi dasar dalam pembentukan verba berprefiks me-
inflektif, di- inflektif dan ter- inflektif, seperti terdapat pada kata
melompatkan, dilompatkan dan terlompatkan. Jadi, dalam bentuk verba berklofiks
me-kan, di-kan dan ter-kan, dimana verba me-kan digunakan dalam kalimat akif
transitif, verba di-kan digunakan dalam kalimat pasif tindakan dan verba ter-kan
dalam kalimat pasif keadaan.
5. Verba Bersufiks –i
Verba
bersufiks –i adalah verba transitif, yang berlaku juga sebagai pangkal (stem)
dalam pembentukan verba inflektif. Verba bersufiks –i digunakan dalam:
(1)
kalimat imperatif. Contoh:
-
tolong gulai teh ini!
-
mari kita hampiri anak itu!
-
lompati
saja pagar itu!
(2)
kalimat pasif yang predikatnya berpola:
(aspek) + pelaku + verba, dan subjeknya menjadi sasaran perbuatan. Contoh:
-
kemarin beliau sudah kami hubungi.
-
anak-anak yatim itu harus kita santuni.
-
gurumu itu mesti kamu hormati dengan baik.
(3)
keterangan tambahan pada subjek atau
objek yang berpola: yang + (aspek) + pelaku + verba. Contoh:
-
desa yang
akan kita kunjungi berada di balik bukit itu.
-
orang yang harus kamu surati sudah ada di sini.
-
banjir melanda wilayah yang akan kita datangi.
Verba bersufiks –i
memiliki makna gramatikal:
(1)
berulang kali.
(2)
tempat.
(3)
merasa sesuatu pada.
(4)
beri atau bubuh pada.
(5)
sebabkan atau jadikan.
(6)
lakukan pada.
5.1
Verba bersufiks –i memiliki makna
gramatikal ′berulang kali′
Apabila
bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ tindakan) dan (+ sasaran). Contoh:
-
pukuli, artinya ′pekerjaan pukul
dilakukan berulang kali′.
-
sembahi, artinya ′pekerjaan sembah
dilakukan berulang kali′.
-
lempari, artinya ′pekerjaan lempar
dilakukan berulang kali′.
-
tendangi, artinya ′pekerjaan tendang
dilakukan berulang kali′.
-
potongi, artinya ′pekerjaan potong
dilakukan berulang kali′.
5.2
Verba bersufiks –i memiliki makna
gramatikal ′tempat′
Apabila
bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ tempat). Misalnya:
-
duduki, artinya ′duduk di ... ′.
-
datangi, artinya ′datang di ... ′.
-
lewati, artinya ′lakukan lewat di ... ′.
-
lompati, artinya ′lakukan lompat di ... ′.
-
jalani, artinya ′lakukan jalan di ... ′.
5.3
Verba bersufiks –i memiliki makna
gramatikal ′merasa sesuatu pada′
Apabila
bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ sikap batin) atau (+ emosi).
Misalnya:
-
kasihi, artinya ′merasa kasih pada′.
-
takuti, artinya ′merasa takut pada′.
-
hormati, artinya ′merasa hormat pada′.
-
senangi, artinya ′merasa hormat pada′.
-
sukai, artinya ′merasa suka pada′.
5.4
Verba bersufiks –i memiliki makna
gramatikal ′beri atau bubuh pada′
Apabila
bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ bahan berian). Contoh:
-
garami, artinya ′beri garam pada′.
-
airi, artinya ′beri air pada′.
-
nasihati, artinya ′beri nasihat pada′.
-
gulai, artinya ′beri gula pada′.
-
danai, artinya ′beri dana pada′.
5.5
Verba bersufiks –i memiliki makna
gramatikal ′sebabkan atau jadikan′
Apabila
bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ keadaan) atau (+ sifat). Contoh:
-
lengkapi, artinya ′jadikan lengkap′.
-
cukupi, artinya ′jadikan cukup′.
-
jauhi, artinya ′jadikan jauh′.
-
dekati, artinya ′jadikan dekat′.
-
kurangi, artinya ′jadikan kurang′.
5.6
Verba bersufiks –i memiliki makna
gramatikal ′lakukan pada′
Apabila
bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ tindakan) dan (+ tempat). Misalnya:
-
tulisi, artinya ′lakukan tulis pada′.
-
diami, artinya ′lakukan diam pada′.
-
semburi, artinya ′lakukan sembur pada′.
-
siasati, artinya ′lakukan siasat pada′.
-
tanggapi, artinya ′lakukan tanggap
pada′.
Catatan:
1.
Sufiks –i tidak dapat diimbuhkan pada
bentuk dasar yang diakhiri dengan vokal –i atau diftong ai. Jadi, bentuk-bentuk
′mandii′, ′pergii′, ′belii′, ′sampaii′,
dan ′cabaii′ tidak diterima.
2.
Dalam berbagai buku tata bahasa biasa
dibicarakan perbedaan antara bentuk verba –kan dan verba bentuk –i. Pada
dasarnya ada dua perbedaan makna gramatikal:
a.
Sufiks –kan menyatakan ′lakukan akan′,
sedang sufiks –i menyatakan ′lakukan pada′. Simak dan bandingkan:
-
lompatkan lompati
-
tanamkan tanami
-
datangkan datangi
-
seberangkan seberangi
-
banyakkan banyaki
b.
Sufiks –kan menyatakan ′jadikan akan′,
sedang sufiks –i menyatakan ′jadikan pada′. Simak dan bendingkan:
-
terangkan terangi
-
lengkapkan lengkapi
-
jauhkan jauhi
-
hitamkan hitami
-
gelapkan gelapi
3.
Sampai sekarang di dalam masyarakat
masih dipersoalkan mana yang betul bentuk membawahkan
atau membawahi, seperti dalam
kalimat:
-
Gubernur DKI membawahi lima orang wali kota.
-
Gubernur DKI membawahkan lima orang wali kota.
Masyarakat umum lazim
menggunakan bentuk membawahi sedangkan sejumlah pakar dan penyuluh bahasa
menggunakan (dan menyarankan orang lain) bentuk membawahkan dengan alasan makna
gramatikal membawahkan adalah ′jadikan berada di bawah′. Sebetulnya bentuk
membawahkan dan membawahi memberi informasi yang sama, sebab membawahkan
bermakna gramatikal ′jadikan di bawah akan′, sedangkan membawahi memberikan
makna gramatikal ′jadikan berada di bawah pada′. Di samping itu tampaknya verba
bersufiks –kan atau bersufiks –i pada dasar yang memiliki komponen makna (+
tempat) atau (+ arah) lebih bermakna idiomatikal daripada bermakna gramatikal,
sehingga tidak dapat ′dipertentangkan′ secara gramatikal. Contoh:
-
mengatasi, bermakna idiomatikal ′menyelesaikan′
atau ′mengurus′.
-
menengahi, bermakna idiomatikal ′mendamaikan′.
-
menyampingkan, bermakna idiomatikal ′tidak
menganggap penting′.
-
memojokkan, bermakna idiomatikal ′menempatkan
dalam keadaan tidak enak′.
-
mengutarakan, bermakna idiomatikal ′menyatakan′.
4.
Berkenaan dengan dapat tidaknya diberi
sufiks –kan dan –i akar dalam bahasa Indonesia dapat dikelompokkan atas:
a.
Akar yang dapat diimbuhi sufiks –kan dan
sufiks –i. Misalnya akar:
-
tulis (kan) -tulis
(i)
-
masuk (kan) -masuk (i)
-
lempar (kan) -lempar (i)
-
datang (kan) -datang (i)
-
tembak (kan) -tembak (i)
b.
Akar yang hanya dapat diberi imbuhan
–kan, tetapi tidak dapat diberi imbuhan –i. Misalnya akar:
-
anjur (kan) -* anjur
(i)
-
lomba (kan) -*lomba (i)
-
siar (kan) -* siar
(i)
-
guna (kan) -* guna
(i)
-
tuntas (kan) -*tuntas (i)
c.
Akar yang hanya dapat diberi imbuhan –i,
tetapi tidak dapat diberikan imbuhan –kan. Misalnya akar:
-
* patuh (kan) - patuh (i)
-
* taat (kan) - taat (i)
-
* hormat (kan) - hormat (i)
-
* sikap (kan) - sikap (i)
-
* restu (kan) - restu (i)
5.
Sufiks –kan dan sufiks –i dalam bahasa
Indonesia merupakan dua afiks yang sangat produktif dalam bahasa Indonesia
terutama untuk membentuk pangkal verba (stem) dalam pembentukan verba
inflektif. Hanya, mana akar yang dapat diimbuhkan kedua sufiks itu atau yang
hanya salah satunya saja belum dapat dijelaskan, kecuali seperti yang
dijelaskan pada catatan (1) di atas.
6. Verba Berprefiks per-
Verba
berprefiks per- adalah verba yang
bisa menjadi pangkal dalam pembentukan verba inflektif. Verba berprefiks per-
dapat digunakan dalam:
(1)
Kalimat imperatif. Misalnya:
-
persingkat
bicaramu!
-
perpanjang
dulu KTP-mu ini!
-
perdalam
ilmumu!
(2)
Kalimat pasif yang berpola: (aspek) +
pelaku + verba. Misalnya:
-
penjagaan akan kami perketat nanti malam.
-
syarat-syarat harus kita perlunak untuk mereka.
-
masjid ini akan kami perluas ke arah timur.
(3)
Keterangan tambahan pada subjek atau
objek yang berpola: yang + aspek + pelaku + verba. Misalnya:
-
saluran yang telah kami perdalam kini telah dangkal lagi.
-
gubernur akan meninjau bangunan yang baru kita perluas.
-
mobil yang belum lama kami perbaiki mogok lagi.
Verba berprefiks per- memiliki makna gramatikal:
(1)
jadikan lebih.
(2)
anggap sebagai.
(3)
bagi.
6.1
Verba berprefiks per- memiliki makna
gramatikal ′jadikan lebih′
Apabila
bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ keadaan) atau (+ situasi). Contoh:
-
pertinggi, artinya ′jadikan lebih
tinggi′.
-
perlebar, artinya ′jadikan lebih lebar′.
-
perlambat, artinya ′jadikan lebih
lambat′.
-
percepat, artinya ′jadikan lebih cepat′.
-
perluas, artinya ′jadikan lebih luas′.
6.2
Verba berprefiks per- memiliki makna
gramatikal ′anggap sebagai′ atau ′jadikan′
Apabila
bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ sifat khas). Contoh:
-
perbudak, artinya ′anggap sebagai
budak′.
-
perkuda, artinya ′anggap sebagai kuda′.
-
peristri, artinya ′jadikan istri ′.
-
peranak, artinya ′jadikan anak ′.
-
perteman, artinya ′jadikan teman′.
6.3
Verba berprefiks per- memiliki makna
gramatikal ′bagi′
Apabila
bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ jumlah) atau (+ bilangan). Misalnya:
-
perdua, artinya ′bagi dua′.
-
perlima, artinya ′bagi lima′.
-
perseratus, artinya ′bagi seratus′.
-
perseribu, artinya ′bagi seribu′.
-
perdelapan, artinya ′bagi delapan′.
Catatan:
1. Verba
berprefiks per- dapat menjadi pangkal dalam pembentukan verba inflektif dalam
bentuk verba berklofiks memper-, diper-, atau terper-. Misal memperpanjang, diperpanjang, dan terpanjang.
2. Di
samping prefiks per- ada pula
partikel per- yang memiliki makna
′tiap-tiap... ′ atau ′mulai... ′. Misalnya:
-
per
bulan,
artinya ′tiap-tiap bulan′.
-
per
jam,
artinya ′tiap-tiap jam′.
-
per
1
April, artinya ′mulai 1 April′.
-
per
1
Januari, artinya ′mulai 1 Januari′.
7. Verba Berkonfiks per-kan
Verba
berkonfiks per-kan adalah verba yang
bisa menjadi pangkal dalam pembentukan verba inflektif (berprefiks me-, berprefiks di-, atau berprefiks ter-).
Verba berkonfiks per-kan digunakan
dalam:
(1)
Kalimat imperatif. Misalnya:
-
persiapkan
dulu bahan-bahannya!
-
jangan perdebatkan lagi masalah itu!
-
jangan persamakan saya dengan dia!
(2)
Kalimat pasif yang predikatnya berpola:
(aspek) + pelaku + verba. Contoh:
-
anak itu
akan kita pertemukan dengan orang tua angkatnya.
-
masalah itu akan kami pertanyakan lagi.
-
usulmu itu akan kami pertimbangkan.
(3)
Keterangan tambahan pada subjek atau
objek yang berpola: yang + (aspek) + pelaku + verba. Contoh:
-
tarian yang sudah mereka pertunjukkan akan diulang lagi.
-
film yang
mereka hendak persembahkan perlu disensor dulu.
-
kami menyenangi lagu-lagu yang telah mereka perdengarkan.
Verba berkonfiks per-kan memiliki makna gramatikal:
(1)
Jadikan bahan (per-kan).
(2)
Lakukan supaya.
(3)
Jadikan me-.
(4)
Jadikan ber-.
7.1
Verba berkonfiks per-kan memiliki makna gramatikal
′jadikan bahan per-an′
Apabila
bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ kegiatan). Contoh:
-
perdebatkan, artinya ′jadikan bahan
perdebatan′.
-
pertanyakan, artinya ′jadikan bahan
pertanyaan′.
-
pertentangkan, artinya ′jadikan bahan
pertentangan′.
7.2
Verba berkonfiks per-kan memiliki makna
gramatikal ′lakukan supaya (dasar) ′
Apabila
bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ keadaan). Contoh:
-
persamakan, artinya ′lakukan supaya
sama′.
-
pertegaskan, artinya ′lakukan supaya
tegas′.
-
perbedakan, artinya ′lakukan supaya beda′.
7.3
Verba berkonfiks per-kan memiliki makna
gramatikal ′jadikan me-′
Apabila
bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ tindakan). Contoh:
-
perdengarkan, artinya ′jadikan (orang
lain) mendengar′.
-
perlihatkan, artinya ′jadikan (orang
lain) melihat′.
-
pertontonkan, artinya ′jadikan (orang
lain) menonton′.
7.4
Verba berkonfiks per-kan memiliki makna
granatikal ′jadikan ber-′
Apabila
bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ kejadian). Contoh:
-
perhubungkan, artinya ′jadikan
berhubungan′.
-
pertemukan, artinya ′jadikan bertemu′.
-
pergunakan, artinya ′jadikan berguna′.
Catatan:
1. Verba
berkonfiks per-kan dapat menjadi
pangkal dalam pembentukan verba inflektif. Jadi, secara aktual dapat diberi
prefiks me- inflektif dan prefiks di- inflektif, secara potensial dapat
diberi ter- inflektif. Contoh, pertemukan dapat menjadi mempertemukan, dipertemukan dan terpertemukan.
2. Verba
berkonfiks per-kan jumlahnya tidak banyak. Di antara yang tidak banyak itu
adalah:
Permalukan
Perkenankan
Perbedakan
Persekutukan
Pergunjingan
Persatukan
Pertautkan
Pertontonkan
|
Pergunakan
Permainkan
Perdayakan
Perlihatkan
Perhubungkan
Perjuangkan
Pertentangkan
perbolehkan
|
8. Verba Berkonfiks per-i
Verba
berkonfiks per-i adalah verba yang
dapat menjadi pamgkal dalam pembentukan verba inflektif (berprefiks me-
inflektif, di- inflektif, atau ter- inflektif). Verba berkonfiks per-kan digunakan dalam:
(1)
kalimat imperatif. Contoh:
-
perbaiki
dulu
sepeda ini!
-
jangan permalui dia depan orang banyak!
-
pergaulilah
istrimu
dengan baik!
(2)
kalimat pasif yang predikatnya berpola:
(aspek) + pelaku + verba. Contoh:
-
mobil itu baru kita perbaiki.
-
tanah ini masih mereka persengketai.
-
mereka akan kami perlengkapi dengan alat-alat pertanian.
(3)
keterangan tambahan pada subjek atau
objek yang berpola: yang + (aspek) + pelaku + verba. Contoh:
-
rumah yang baru kami perbaiki terkena gempa.
-
kasihan sekali anak-anak yang mereka perdayai itu.
-
mobil yang sudah kita perlengkapi dengan alarm hilang juga.
Verba
per-i memiliki makna gramatikal:
(1)
lakukan supaya jadi.
(2)
lakukan (dasar) pada objeknya.
8.1
Verba berkonfiks per-i memiliki makna
gramatikal ′lakukan supaya jadi′
Apabila
bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ keadaan). Contoh:
-
perlengkapi, artinya ′lakukan supaya
jadi lengkap′.
-
perbaiki, artinya ′lakukan supaya jadi
baik′.
-
persepakati, artinya ′lakukan supaya
jadi sepakat′.
-
perbarui, artinya ′lakukan supaya jadi
baru′.
-
permalui, artinya ′lakukan supaya jadi
malu′.
8.2
Verba berkonfiks per-i memiliki makna gramatikal
′lakukan (dasar) pada objeknya′
Apabila
bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ tindakan) dan (+ lokasi). Contoh:
-
perturuti, artinya ′lakukan turut pada
objeknya′.
-
persetujui, artinya ′lakukan setuju pada
objeknya′.
-
persepakati, artinya ′lakukan sepakat
pada objeknya′.
-
pergauli, artinya ′lakukan gaul pada
objeknya′.
-
perlindungi, artinya ′lakukan lindungi
pada objeknya′.
Catatan:
1.
Verba berkonfiks per-i dapat menjadi
pangkal dalam pembentukan verba inflektif. Jadi, secara aktual dapat diberi
prefiks me- dan prefiks di- inflektif, dan secara potensial dapat diberi
prefiks ter- inflektif. Contohnya, pada kata perbaiki dapat dibentuk menjadi
memperbaiki, diperbaiki, dan terperbaiki.
2.
tampaknya verba berkonfiks per-i
jumlahnya tidak banyak, terbatas pada yang diberikan di atas sebagai contoh.
3.
verba persenjatai bermakna gramatikal
′lakukan supaya jadi bersenjata′.
9. Verba Berprefiks me-
Prefiks
me- seperti sudah dibicarakan, dapat berbentuk me-, mem-, men-, meny-, meng-,
dan menge-.
Bentuk
atau alomorf me- digunakan apabila bentuk dasarnya dimulai dengan fonem r, l, w, y, m, n, ny, dan ng. Simak contoh-contoh berikut:
Merakit
Melekat
Mewarisi
Meyakini
Memerah
Menanti
Menyanyi
Menganga
|
Merawat
Melongok
Mewasiatkan
Meyayasankan
Memulaskan
Menaiki
Menyala
Mengerikan
|
Bentuk
atau alomorf mem- digunakan apabila bentuk dasarnya dimulai dengan fonem b, p, f , dan v. Dengan catatan fonem b, f,
dan v tetap berwujud, sedangkan
fonem p tidak diwujudkan, melainkan
disenyawakan dengan bunyi nasal dari prefiks itu. Simak contoh-contoh berikut:
Membina
Memfitnah
Memveto
Memotong
|
Membawa
Menfrasekan
Memvitaminkan
Memutuskan
|
Di
sini perlu dicatat dalam kenyataan bahasa ada sejumlah kata, terutama yang
berasal dari bahasa asing, yang meskipun diawali dengan fonem p tetapi tidak diluluhkan. Perhatikan
contoh:
Mempesonakan
Mempedulikan
Mempengaruhi
Mempopulerkan
Memprotes
Mempraktikkan
Mempedomani
|
atau
|
Memesonakan
Memedulikan
Memengaqruhi
Memopulerkan
Memerotes
Memeraktekkan
Memedomani
|
Demi
kekonsistenan, dalam buku ini dianjurkan untuk menggunakan bentuk yang
meluluhkan fonem p itu.
Bentuk
men- digunakan apabila bentuk dasarnya dimulai dengan fonem d dan t. Dengan catatan fonem d tetap
diwujudkan sedangkan fonem t tidak
diwujudkan melainkan disenyawakan dengan bunyi nasal yang ada pada prefiks
tersebut. Simak contoh-contoh berikut:
Menduda
Mendidik
Menulis
Menodong
|
Mendengar
Mendustai
Menendang
Menerobos
|
Dalam
bahasa keseharian, terutama di Jakarta, ada sejumlah kata berprefiks me-,
tetapi fonem t pada awal bentuk
dasarnya tidak diluluhkan atau disenyawakan, seperti mentolerir, mentradisi, mentraktor dan sebagainya.
Bentuk
meny- digunakan apabila fonem awal bentuk dasarnya adalah fonem c, j dan s. Dengan catatan dalam bahasa tulis bunyi ny pada prefiks itu diganti atau dituliskan dengan huruf n pada dasar yang dengan fonem c dan j, sedangkan yang dimulai dengan fonem s, fonem s-nya diluluhkan. Simak contoh-contoh berikut:
mencuri lafalnya: menycuri
mencicil lafalnya: menycicil
menjual lafalnya: menyjual
menjaga lafalnya: menyjaga
menyikat
menyusul
Dalam
bahasa keseharian, terutama kata serapan dari bahasa asing, bunyi nasal pada
bentuk dasarnya tidak diluluhkan. Contoh:
mensukseskan
mensitir
menstandarkan
mensosialisasikan
Bentuk
meng- digunakan apabila bentuk
dasarnya mulai dengan fonem k, g, h, kh,
a, z, e, dan o. Dengan catatan
fonem k tidak diwujudkan, melainkan
disenyawakan dengan nasal yang ada pada prefiks itu, sedangkan fonem-fonem yang
lain tetap diwujudkan. Simak contoh-contoh berikut:
Mengirim
Menggali
Menghibur
Mengkhianati
Mengambil
Mengiris
Mengutus
Mengekor
Mengobrol
|
Mengumpulkan
Menggoda
Menghubungi
Mengkhususkan
Menyangkal
Mengincar
Mengusik
Mengelak
Mengobras
|
Bentuk
menge- digunakan apabila bentuk
dasarnya terdiri dari sebuah suku kata. Contoh:
Mengebom
Mengetik
Mengecor
|
Mengecat
Mengelap
Mengetes
|
Catatan:
Dalam penggunaan bahasa
keseharian kita temukan:
(1)
bentuk kata-kata yang mulai dengan gugus
konsonan, biasanya berasal dari bahasa asing atau bahasa daerah ada dua cara
dalam pengimbuhan prefiks me-. Kedua
cara itu:
pertama,
untuk
kata-kata yang dianggap belum berintegrasi digunakan kaidah pengimbuhan di atas,
namun tanpa meluluhkan fonem awal bentuk dasarnya. Contoh:
-
mengkritik
-
memprotes
-
menswadayakan
-
mengkalsifikasikan
-
menstandarkan
Kedua,
kedua
untuk kata-kata yang dianggap lebih berintegrasi, mula-mula disipkan fonem e pada gugus konsonannya, kemudian baru
diberi prefiks me- menurut aturan,
dan dengan meluluhkan fonem awal bentuk dasarnya. Contoh:
-
kritik keritik mengeritik
-
proses peroses memeroses
-
kredit keredit mengeredit
-
stensil setensil menyetensil
-
prihatin perihatin memerihatinkan
(2)
dalam rangka bahasa tidak baku prefiks me- hanya berwujud bentuk nasalnya saja,
yang oleh kridalaksana (1989) disebut simulfiks. Contoh:
milih (bukan memilih)
nyikat (bukan menyikat)
nendang (bukan menendang)
ngirim (bukan mengirim)
ngecat (bukan mengecat)
ngelarang (bukan melarang)
bunuh (bukan membunuh)
(3)
perlu dibedakan adanya dua macam prefiks
me-, yaitu prefiks me- inflektif dan
prefiks me- derivatif. Beda keduanya prefiks me- inflektif dapat diganti dengan
prefiks di- inflektif atau prefiks er- inflektif. Sedangkan prefiks me-
derivatif tidak dapat diganti dengan prefiks di- maupun prefiks ter-.
9.1
Verba Berprefiks me- inflektif
Bentuk
dasar atau pangkal verba berprefiks me- inflektif memiliki komponen makna (+
tindakan) dan (+ sasaran). Jadi, bentuk dasar atau pangkal dalam pembentukan
verba inflektif, di samping berbentuk morfem dasar atau akar juga termasuk
verba bersufiks –kan, bersufik –i, berprefiks per-, berkonfiks per-kan dan
berkonfiks per-i. Contoh:
Membaca
Melupakan
Merestui
Memperpanjang
Mempergunakan
Mempergauli
|
Menulis
Menidurkan
Menodai
Mempersingkat
Memperdayakan
Mempertakuti
|
Verba berprefiks me-
inflektif memiliki makna gramatikal:
(1)
kalau bentuk dasarnya atau pangkalnya
berupa morfem dasar adalah:
a.
Melakukan (dasar).
b.
Melakukan kerja dengan alat.
c.
Melakukan kerja dengan bahan.
d.
Membuat (dasar).
(2)
kalau pangkalnya berupa verba bersufiks
–kan, maka makna gramatikalnya adalah seperti sudah dibicarakan pada subbab 4.
(3)
kalau pangkalnya berupa verba bersufiks
–i, maka makna gramatikalnya adalah seperti sudah dibicarakan pada subbab 5.
(4)
kalau pangkalnya berupa verba berprefiks
-per, maka makna gramatikalnya adalah seperti sudah dibicarakan pada subbab 6.
(5)
kalau pangkalnya berupa verba berkonfiks
per-kan, maka makna gramatikalnya adalah seperti sudah dibicarakan pada subbab
7.
(6)
kalau pangkalnya berupa verba berkonfiks
per-i, maka makna gramatikalnya adalah seperti sudah dibicarakan pada subbab 8.
9.1.1
Verba berprefiks me- inflektif memiliki
makna gramatikal ′melakukan (dasar)′
apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ tindakan) dan (+ sasaran).
Contoh:
-
membeli, artinya ′melakukan beli′.
-
menulis, artinya ′melakukan tulis′.
-
membaca, artinya ′melakukan baca′.
-
mencuri, artinya ′melakukan curi′.
-
mengambil, artinya ′melakukan ambil′.
9.1.2
Verba berprefiks me- inflektif memiliki
makna gramatikal ′melakukan kerja dengan
alat′ apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ tindakan) dan (+ alat).
Contoh:
-
mengikir, artinya ′melakukan kerja
dengan alat kikir′.
-
memahat, artinya ′melakukan kerja dengan
alat pahat′.
-
mengail, artinya ′melakukan kerja dengan
alat kail′.
-
merantai, artinya ′melakukan kerja
dengan alat rantai′.
-
mengunci, artinya ′melakukan kerja
dengan alat kunci′.
9.1.3
Verba berprefiks me- inflektif memiliki
makna gramatikal ′melakukan kerja dengan
bahan′ apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ tindakan) dan (+
bahan). Contoh:
-
mengapur, artinya ′lakukan kerja dengan
bahan kapur′.
-
mengecat, artinya ′lakukan kerja dengan
bahan cat′.
-
mengelem, artinya ′lakukan kerja dengan
bahan lem′.
-
mengelak, artinya ′lakukan kerja dengan
bahan lak′.
-
menyemen, artinya ′lakukan kerja dengan
bahan semen′.
9.1.4
Verba berprefiks me- inflektif memiliki makna
gramatikal ′membuat dasar′ apabila
bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ tindakan) dan (+ benda hasil).
Contoh:
-
menyambal, artinya ′membuat sambal′.
-
menumis, artinya ′membuat tumis′.
-
mematung, artinya ′membuat patung′.
-
menggambar, artinya ′membuat gambar′.
-
mendekor, artinya ′membuat dekor′.
9.2
Verba Berprefiks me- derivatif
Verba berprefiks me-
derivatif memiliki makna gramatikal:
(1)
makan, minum, mengisap.
(2)
mengeluarkan.
(3)
menjadi.
(4)
menjadi seperti.
(5)
menuju.
(6)
memperingati.
9.2.1
Verba berprefiks me- derivatif memiliki
makna gramatikal makan, minum, mengisap apabila bentuk dasarnya memiliki
komponen makna (+ makanan) atau (+ minuman) atau (+ isapan).
Contoh:
-
merokok, artinya ′menghisap rokok′.
-
menyoto, artinya ′makan soto ′.
-
menyate, artinya ′makan sate′.
-
(me)ngebir, artinya ′minum bir′.
-
menuak, artinya ′minum tuak′.
Catatan:
Makna gramatikal
menyoto dan menyate bisa menjadi ′membuat′ tergantung pada konteks kalimatnya.
9.2.2
Verba berprefiks me- derivatif memiliki
makna gramatikal mengeluarkan (dasar) apabila bentuk dasarnya memiliki komponen
makna (bunyi) atau (+ suara). Contoh:
-
mengeong, artinya ′mengeluarkan bunyi
ngeong′.
-
mengaum, artinya ′mengeluarkan bunyi
ngaum′.
-
menderik, artinya ′mengeluarkan bunyi
derit′.
-
mencicit, artinya ′mengeluarkan bunyi
cicit′.
-
mengerang, artinya ′mengeluarkan bunyi
erang′.
9.2.3
Verba berprefiks me- derivatif memiliki
makna gramatikal menjadi (dasar) apabila bentuk dasarnya memiliki komponen
makna (+ keadaan, ) atau (+ warna) atau (+ bentuk) atau (+ situasi).
-
menguning, artinya ′menjadi kuning′.
-
meninggi, artinya ′menjadi tinggi′.
-
menua, artinya ′menjadi tua′.
-
mengecil, artinya ′menjadi kecil′.
-
membesar, artinya ′menjadi besar′.
9.2.4
Verba berprefiks me- derivatif memiliki
makna gramatikal menjadi seperti apabila bentuk dasarnya memiliki komponen
makna (+ sifat khas). Contoh:
-
membatu, artinya ′menjadi seperti batu′.
-
membaja, artinya ′menjadi seperti baja′.
-
mengarang, artinya ′menjadi seperti
karang′.
-
mengapur, artinya ′menjadi seperti
kapur′.
-
menyemak, artinya ′menjadi seperti
semak′.
9.2.5
Verba berprefiks me- derivatif memiliki
makna gramatikal makan, minum, mengisap apabila bentuk dasarnya memiliki
komponen makna (+ makanan) atau (+ minuman) atau (+ isapan).
-
menepi, artinya ′menuju tepi′.
-
mengutara, artinya ′menuju udara′.
-
mendarat, artinya ′menuju darat′.
-
mengudara, artinya ′menuju udara′.
-
melangit, artinya ′menuju langit′.
9.2.6
Verba berprefiks me- derivatif memiliki
makna gramatikal makan, minum, mengisap apabila bentuk dasarnya memiliki
komponen makna (+ makanan) atau (+ minuman) atau (+ isapan).
-
meniga hari, artinya ′memperingati hari
ketiga (kematian)′.
-
menujuh hari, artinya ′memperingati hari
ketujuh (kematian) ′.
-
menujuh bulan, artinya ′memperingati
bulan ketujuh
(kehamilan) ′.
-
menyeratus hari, artinya ′memperingati
hari keseratus (kematian) ′.
-
menyeribu hari, artinya ′memperingati
hari keseribu (kematian) ′.
10. Verba Berprefiks di-
Ada
dua macam verba berprefiks di-, yaitu verba berprefiks di- inflektif dan verba
berprefiks di- derivatif.
10.1 Verba berprefiks di- inflektif adalah verba pasif. Tindakan dari
verba berprefiks me- inflektif. Maka makna gramatikalnya adalah kebalikan dari
bentuk aktif verba berprefiks me- inflektif.
10.2
Verba berprefiks di- derivatif sejauh data yang diperoleh hanya ada kata dimaksud, yang lain tidak ada.
11. Verba Berprefiks ter-
Ada dua macam verba berprefiks ter-,
yaitu verba berprefiks di- inflektif dan verba berprefiks ter- derivatif.
11.1 Verba berprefiks ter-
inflektif
Verba
berprefiks ter- inflektif adalah verba pasif keadaan dari verba berprefiks me-
inflektif. Makna gramatikal verba berprefiks ter- inflektif, selain sebagai
kebalikan pasif keadaan dari verba berprefiks me- inflektif, juga memiliki
makna gramatikal.
(1)
dapat / sanggup.
(2)
tidak sengaja.
(3)
sudah terjadi.
11.1.1
Verba berprefiks ter- inflektif memiliki
makna gramatikal ′dapat / sanggup′ apabila bentuk dasarnya memiliki komponen
makna (+ tindakan) dan (+ sasaran).
Contoh:
-
terangkat, artinya ′dapat diangkat′.
-
terbaca, artinya ′dapat dibaca′.
-
terbawa, artinya ′dapat dibawa′.
-
terlihat, artinya ′dapat dilihat′.
-
terangkut, artinya ′dapat diangkut′.
11.1.2
Verba berprefiks ter- inflektif memiliki
makna gramatikal ′tidak sengaja ′ apabila bentuk dasarnya memiliki komponen
makna (+ tindakan) dan (+ sasaran).
Contoh:
-
terangkat, artinya ′tidak sengaja
diangkat′.
-
terbaca, artinya ′tidak sengaja dibaca′.
-
terbawa, artinya ′tidak sengaja dibawa′.
-
terlihat, artinya ′tidak sengaja
dilihat′.
-
terangkut, artinya ′tidak sengaja
diangkut′.
Catatan: Makna
gramatikal verba berprefiks ter- di atas, masih tergantung pada konteks
kalimatnya.
11.1.3
Verba berprefiks ter- inflektif memiliki
makna gramatikal ′sudah terjadi′ apabila bentuk dasarnya memiliki komponen
makna (+ tindakan) dan (+ keadaan).
Contoh:
-
terbakar, artinya ′sudah terjadi
(bakar)′.
-
terputus, artinya ′sudah terjadi
(putus)′.
-
terlanda, artinya ′sudah terjadi
(landa)′.
-
tertabrak, artinya ′sudah terjadi
(tabrak)′.
-
terjepit, artinya ′sudah terjadi
(jepit)′.
11.1.4 Verba berprefiks ter- inflektif memiliki makna gramatikal ′yang di
(dasar) ′ apabila digunakan sebagai istilah bidang hukum.
Contoh:
-
tertuduh, artinya ′yang dituduh′.
-
tersangka, artinya ′yang disangka′.
-
terdakwa, artinya ′yang didakwa′.
-
terpidana, artinya ′yang dipidana′.
-
terhukum, artinya ′yang dihukum′.
11.2 Verba berprefiks ter-
derivatif
Verba berprefiks ter-
derivatif memiliki makna gramatikal:
(1)
paling.
(2)
dalam keadaan.
(3)
terjadi dengan tiba-tiba.
11.2.1 Verba berprefiks ter- derivatif
memiliki makna gramatikal ′paling′ apabila bentuk dasarnya memiliki komponen
makna (+ keadaan).
Contoh:
-
terbaik, artinya ′paling baik′.
-
tertinggi, artinya ′paling tinggi′.
-
terpendek, artinya ′paling pendek′.
-
terjauh, artinya ′paling jauh′.
-
terpanjang, artinya ′paling panjang′.
11.2.2
Verba berprefiks ter- derivatif memiliki makna gramatikal ′dalam keadaan′
apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ keadaan) dan (+ kejadian).
Contoh:
-
tergeletak, artinya ′dalam keadaan
geletak′.
-
terdampar, artinya ′dalam keadaan dampar′.
-
terseok-seok, artinya ′dalam keadaan
seok-seok′.
-
terpasang, artinya ′dalam keadaan pasang′.
-
terbengkalai, artinya ′dalam keadaan
bengkalai′.
11.2.3
Verba berprefiks ter- derivatif memiliki makna gramatikal ′terjadi dengan
tiba-tiba′ apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ kejadian).
Contoh:
-
teringat, artinya ′tiba-tiba ingat′.
-
terpeluk, artinya ′tiba-tiba memeluk′.
-
terjerembab, artinya ′tiba-tiba jerembab′.
-
tertegun, artinya ′tiba-tiba tegun′.
12. Verba Berprefiks ke-
Verba
berprefiks ke- digunakan dalam bahasa ragam tidak baku. Fungsi dan makna
gramatikalnya sepadan dengan verba berprefiks ter-. Jadi, bentuknya sebagai
berikut:
Kebaca
Ketipu
Ketabrak
Kebawa
Ketangkap
|
Sepadan
dengan
|
Terbaca
Tertipu
Tertabrak
Terbawa
Tertangkap
|
Makna gramatikal yang
dimiliki, antara lain:
(1)
tidak sengaja.
(2)
dapat di.
(3)
kena (dasar).
13. Verba Berkonfiks ke-an
Verba
berkonfiks ke-an termasuk verba pasif, yang tidak dapat dikembalikan ke dalam
verba aktif, seperti verba pasif di- dan verba pasif ter-. Makna gramatikal
yang dimilikinya adalah:
(1)
terkena, menderita atau mengalami.
(2)
agak bersifat.
13.1
Verba berkonfiks ke-an memiliki makna
gramatikal ′terkena, menderita, mengalami (dasar) ′ apabila bentuk dasarnya
memiliki komponen makna (+ peristiwa alam) atau (+ hal yang tidak enak).
Contoh:
-
kebanjiran, artinya ′terkena banjir′.
-
kebakaran, artinya ′menderita bakar ′.
-
kedinginan, artinya ′menderita dingin′.
-
kehausan, artinya ′menderita haus′.
-
kecopetan, artinya ′terkena copet′.
13.2
Verba berkonfiks ke-an memiliki makna
gramatikal ′agak (dasar)′ apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ warna).
Contoh:
-
kehijauan, artinya ′agak hijau′.
-
kemerahan, artinya ′agak merah′.
-
kebiruan, artinya ′agak biru′.
-
kehitaman, artinya ′agak hitam′.
-
kekuningan, artinya ′agak kuning′.
Perlu
dicatat, di dalam pemakaian lazim disertai dengan nama warna lain di depannya
dan bentuk reduplikasi. Contoh:
-
hijau kekuningan atau hijau
kekuning-kuningan.
-
merah kehitaman atau merah
kehitam-hitaman.
-
biru kemerahan atau biru
kemerah-merahan.